Childfree & Resesi Seks

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Childfree & Resesi Seks
Ilustrasi pacaran. Foto: Dokumen JPNN.com

Bonus tersebut merupakan hasil kerja rezim Orde Baru yang menjalankan program keluarga berencana at all cost. Hasilnya bisa dinikmati oleh rezim Reformasi yang menggulingkan rezim Orde Baru. Thanks to Soeharto.

Bonus demografi menjadi semacam pisau bermata dua yang punya dampak negatif. Kalau tidak tersedia lapangan kerja yang memadai, angka pengangguran akan meningkat sehingga gangguan sosial dan kriminalitas bakal menjadi persoalan serius.

Bonus demografi ini secara tidak langsung juga memberi kekuatan ekstra kepada Indonesia untuk keluar dari pandemi relatif lebih cepat. Dalam beberapa minggu ini ada kecendrerungan penularan Covid-19 meningkat lagi, tetapi dibandingkan dengan negara lain kondisi Indonesia masih aman.

Jumlah penduduk usia muda yang besar membuat ketahanan tubuh rata-rata lebih kuat dan pada akhirnya herd immunity lebih cepat tercapai.

Di Indonesia, pribahasa ‘banya anak banyak rejeki’ mungkin sudah tidak banyak dipercaya oleh generasi milenial. Mereka tetap akan menikah, tetapi membatasi jumlah anak.

Adapun chlidfree masih dianggap sebagai gaya hidup yang tidak lazim karena berasal dari budaya impor.

Orang-orang yang mengadopsi childfree umumnya hanya sekadar cari perhatian alias caper atau panjat sosial (pansos) untuk menaikkan popularitas.(***)


Peribahasa banyak anak banyak rezeki mungkin sudah tidak banyak dipercaya oleh generasi milenial. Namun, gaya hidup chlidfree masih dianggap tak lazim.

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News