Opor Bandara

Oleh: Dahlan Iskan

Opor Bandara
Dahlan Iskan (kanan). Foto: kiriman Tim Disway

"Belum pernah," jawabnya.

"Pernah ke Jakarta?" "Pernah. Satu atau dua kali. Jalan darat," katanya.

Selebihnya Gus Mus tidak ke mana-mana. "Oh, sekali ke Jogja. Tengok Butet," tambahnya.

Waktu itu, Butet Kertaradjasa, tokoh seniman Jogja itu memang dikabarkan sakit keras.

Gus Mus, kiai yang juga sastrawan, kini sudah kembali mengajar di pondoknya. Dua kali sehari. Ilmu tafsir Al-Qur'an dan Hadis.

Selebihnya Gus Mus banyak bicara soal perubahan besar di Saudi Arabia. Di masa pandemi ini kami tidak mau lama-lama bertamu.

Dari Rembang kami terus ke Pati. Sate Blora membuat kami lupa makan malam. Apalagi di sepanjang jalan pantura turun hujan. Macet. Merambat. Jalan beton sebelum kota Juwana itu dibongkar. Jalan beton ternyata bisa rusak. Patah-patah.

Tiba di Pati sudah pukul 21.00. Tinggal satu acara: Zoominar lagi. Itu yang membuat saya tidak bisa cepat tidur. Padahal saya harus bangun jam 03.00. Harus menuju Pondok Kajen sebelum subuh.

Dekat bandara itu ada opor enak. Yang santannya sekental susu kental manis yang agak diencerkan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News