Dari Malari hingga Malapetaka Morowali

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Dari Malari hingga Malapetaka Morowali
Ilustrasi/foto: dokumentasi JPNN.com

Dalam banyak kasus, kemampuan mereka malah berada di bawah pekerja lokal. Meski demikian, gaji TKA jauh lebih besar ketimbang gaji pekerja lokal.

Kerusuhan Morowali membawa kenangan terhadap Malari yang mempunyai dasar peristiwa yang mirip. Ketergantungan terhadap investasi asing akhirnya menimbulkan ketidakpuasan di dalam negeri.

Hal itu kemudian memicu persaingan politik di internal rezim. Pada akhirnya muncul gerakan protes oleh mahasiswa yang kemudian ditunggangi oleh kelompok kepentingan.

Pada 15 Januari 1974, ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta turun ke jalan untuk mengkritik kebijakan ekonomi Presiden Soeharto yang dianggap terlalu berpihak kepada investasi asing. Aksi itu dilakukan bertepatan dengan kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka ke Jakarta.

Aksi yang awalnya berjalan damai itu berubah menjadi kerusuhan. Sejumlah gedung dirusak dan dijarah, ratusan kendaraan bermotor produksi Jepang dirusak dan dibakar.

Mahasiswa yang melakukan demonstrasi membantah tudingan yang menyebut mereka melakukan kerusuhan. Para mahasiswa itu berkumpul di kampus Iniversitas Indonesia (UI) di Salemba, tetapi kerusuhan pecah di daerah Senen yang jaraknya jauh dari kampus.

Para mahasiswa merasa gerakan mereka ditunggangi oleh kepentingan politik. Kerusuhan itu menjadi alasan bagi rezim Orde Baru untuk membungkam gerakan mahasiswa yang dianggap menjadi penggerak Peristiwa Malari 1974.

Peristiwa Malari memunculkan nama Hariman Siregar. Tokoh mahasiswa Universitas Indonesia itu diadili dan dipenjara.

Kerusuhan Morowali yang melibatkan TKA China dan pribumi mengingatkan akan Malari. Ada unsur kemiripan antara Malari dengan kerusuhan Morowali.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News