Desa Bengkala di Buleleng, Kampung dengan Jumlah Warga Bisu-Tuli Terbanyak di Bali
Tak Bisa Dengar Musik, Gerakan Penari Andalkan Aba-Aba Tangan
Jumat, 26 Agustus 2011 – 08:08 WIB
Ikut dalam tim penelitian itu Prof I Nyoman Arhya, pakar biokimia dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali. Menurut Arhya, semula muncul dugaan bahwa kasus di Bengkala itu merupakan perwujudan dari sebuah sindrom yang disebabkan kekurangan yodium.
Tapi, belakangan diketahui bahwa dugaan itu tak sesuai. Sindrom yang disebabkan kekurangan yodium biasa disertai dengan gejala keterbelakangan mental. Itu sangat berbeda dengan yang dialami warga bisu-tuli di Bengkala. Mereka kebanyakan adalah orang-orang yang cekatan dalam bekerja. Bahkan, ada beberapa yang pintar menari.
"Jangan salah. Meski mereka memiliki kekurangan, mereka itu ulet dalam bekerja," jelas Arpana.
Orang-orang kolok di Bengkala kebanyakan adalah rajin bekerja. Bahkan, banyak di antara mereka yang bekerja di sawah, memelihara sapi, serta sejumlah pekerjaan lainnya. Tidak hanya itu. Mereka, kata Arpana, juga memiliki kelompok kerja. "Di samping memiliki pekerjaan sendiri, mereka memiliki kelompok kerja yang mereka lakukan bersama. Kelompok kerja mereka ada yang mengoordinasi," sambungnya.
Semakin banyak saja jumlah warga yang bisu-tuli di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali. Data terakhir menyebutkan, jumlah
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor