Di Pucuk-pucuk Tebing Ini Dulu Para Anggota GAM Bersembunyi
Di sisi selatan, tampak jelas tebing batu yang dijadikan persembunyian anggota GAM. Lokasinya memang sangat ideal untuk bertahan.
Dari atas, mereka tanpa terlihat bisa leluasa menembak siapa pun yang dianggap sebagai musuh di bawah tebing. Tentu dalam hal ini pasukan TNI. Namun, kini kondisi di wilayah itu tidak mencekam lagi seperti dulu.
Lanskap tebing tampak sangat indah. Perpaduan telaga berair kehijauan dengan tebing batu yang ditumbuhi pohon dan belukar berwarna hijau.
Menengok ke utara, Sungai Krueng Raba memanjang dengan air yang kehijauan.
Tepiannya tidak tampak karena tertutup rimbunnya pepohonan. Aliran deras air yang turun dari telaga melewati sela-sela kaki, menambah nikmat rasanya.
Sesampai di seberang sungai, saya dan Armansyah menyusuri jalan setapak yang biasa mereka gunakan saat bergerilya.
Sebagian di antaranya sudah ditumbuhi belukar, membuat jalan itu makin sempit. Jalur tersebut juga basah karena hujan hari sebelumnya.
Di beberapa titik, jalur menjadi licin. Khususnya ketika kami harus mendaki. Beberapa kali tampak jalur terputus, dipisahkan oleh batu-batu besar yang harus kami lewati. Bila tidak berhati-hati, bisa terpeleset dan jatuh.
PADA 15 Agustus 2005, diteken perjanjian damai antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ya, MoU Helsinki,sudah berusia 11 tahun.
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor