Dominasi AS yang Memudar & Dedolarisasi

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Dominasi AS yang Memudar & Dedolarisasi
Mata uang rupiah Indonesia (IDR) dan dolar Amerika Serikat (USD). Foto/ilustrasi: Ayatollah Antoni/JPNN.Com

jpnn.com - Mata uang Dolar Amerika Serikat (USD) menjadi simbol kedigdayaan ekonomi Paman Sam sejak Perang Dunia II. USD menjadi mata uang cadangan di hampir seluruh dunia selama hampir 75 tahun terakhir.

Bersamaan dengan itu, Amerika menasbihkan diri sebagai negara paling digdaya di dunia.

Akan tetapi, beberapa waktu belakangan ini mulai muncul gerakan untuk menendang USD sebagai mata uang global. Tujuannya ialah mengurangi ketergantungan terhadap USD, sekaligus untuk membangun kemandirian ekonomi yang lebih kokoh.

Gerakan ini disebut sebagai ‘dedolarisasi’. Tidak tanggung-tanggung, negara-negara kekuatan baru sudah sepakat untuk melakukan kerja sama regional untuk melepaskan dolar dan menggantinya dengan mata yang lain.

Salah satu gerakan penting 'dedolarisasi' muncul dari Tiongkok dan Brasil, dua negara dengan skala ekonomi besar yang menjadi mesin penggerak di wilayah masing-masing.

Selama ini Brasil dan Tiongkok menjadi kekuatan ekonomi baru yang bisa menjadi pesaing Amerika Serikat. Brasil dan Tiongkok berkumpul bersama kekuatan ekonomi lain, seperti India, Rusia, dan Afrika Selatan yang sering disebut sebagai BRICS sebagai akronim dari negara-negara itu.

Selain BRICS, negara-negara di Timur Tengah juga mulai menunjukkan pemberontakannya terhadap hegemoni ekonomi Amerika. Arab Saudi yang selama ini dikenal sebagai sekutu paling setia Amerika mulai mbalela.

Arab Saudi membuka hubungan bilateral dengan Iran, negara yang notabene adalah musuh utama Amerika di Timur Tengah.

Indonesia sudah mencium gelagat dedolarisasi dan harus membuat pilihan yang tepat supaya tidak ketinggalan kereta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News