Dua Tentara Warga Tionghoa, yang Perempuan Ini tak Lagi Terima Angpao

Dua Tentara Warga Tionghoa, yang Perempuan Ini tak Lagi Terima Angpao
Riski (kiri) dan Christina bertugas di Rumkital dr Idris Parimpunan Siregar. Mereka akan merayakan Imlek bersama keluarga. Foto: WS Hendro/Jawa Pos

’’Kalau keluar rumah lama waktu SMA dulu, saya pasti dicari. Kalau sudah di luar kota (kuliah atau kerja), mau nggak pulang sekalian ya enggak dicari,’’ seloroh dokter yang genap berusia 30 tahun pada 31 Juli nanti tersebut. Pelampiasan membuatnya ”kebablasan”.

Keputusannya mendaftar menjadi tentara direaksi kakak-kakaknya. Mau-maunya si ragil yang menyandang gelar dokter pada 2011 bersusah-susah menjadi prajurit. Apalagi, TNI dianggap memiliki sejarah kelam kala kerusuhan Mei 1998.

Namun, berkat perjuangan kerasnya, Riski lolos seleksi tanpa mengulang. Serangkaian pendidikan militer dilakoninya hampir setahun. Pada penempatan pertamanya, dia menjadi perwira kesehatan di Balai Pengobatan Pangkalan TNI-AL Batuporon, Bangkalan. Mulai Maret 2014 hingga kini, dia mengabdi di Rumkital dr Idris Parimpunan Siregar.

’’Setiap Imlek saya usahakan bareng orang tua, berkumpul di rumah kakak pertama di Lumajang,’’ ujar suami dr Rindang S.H.W. itu.

Momen Imlek menjadi ajang untuk melepas rindu. Riski menjadi pusat perhatian keluarga. Dia selalu berbagi cerita seputar penugasan. Misalnya, saat dia masuk satuan tugas pelayanan kesehatan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Bali.

Begitu pula saat dia bertugas di tim pengamanan RI-1 pada berbagai kunjungan kerja dan satgas peledakan ranjau bersama satuan kapal antiranjau. ’’Cerita seputar HUT Ke-69 TNI akan menjadi perbincangan,’’ ujar ayah Dyonisius Science Diwangkara Riyadi, 1, itu.

Pluralisme juga mewarnai hidup Letda Laut (K/W) dr Christina Widosari. Keluarga besarnya menganut keyakinan beragam. Orang tuanya yang keturunan Tionghoa memeluk agama Islam sebelum Christina lahir. Namun, mereka tetap berupaya menjaga tradisi setiap Imlek.

Pada akhir Oktober 2014, Christina baru melepas masa lajangnya. Personel Korps Wanita TNI-AL itu dinikahi sesama prajurit TNI-AL, yakni Lettu Laut (KH) Satria Wijaya. Meski belum genap empat bulan menjadi istri, dokter yang bertugas sebagai perwira urusan dukungan kesehatan di Rumkital dr Idris Parimpunan Siregar tersebut kembali ”membujang”. Sebab, sang suami ditugaskan di Pangkalan Utama TNI-AL (Lantamal) X Jayapura.

MASIH sedikit warga Tionghoa yang memilih berkarir di dunia militer. Dua dia antaranya adalah Lettu Laut (K) dr Agustinus Riski Wirawan Riadi dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News