Dua Waswas

Oleh: Dahlan Iskan

Dua Waswas
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Putri almarhum AM Fatwa, Dian Islamiati, juga terkena varian baru. Padahal enam bulan lalu dia sudah sembuh dari Covid.

Belum diketahui varian yang mana. Dua hari terakhir WA saya sempat tidak dibalas. Saya pun sangat mengkhawatirkannyi. Barulah kemarin Dian membalas dengan WA pendek sekali. "Memburuk. Dipindah ke HCU. Saturasi tinggal 82," tulisnyi.

Kalau saja kita berhasil terhindar dari gelombang baru Covid-19 harapan ekonomi bisa tumbuh akan terkabul.

Waswas yang kedua: apakah bank berani mulai mengucurkan kredit. Baik investasi maupun modal kerja. Sepanjang bank masih mementingkan bisnis dengan Bank Indonesia –dengan cara lebih memilih menggunakan likuiditas untuk membeli surat utang BI– maka waswas itu akan jadi kenyataan.

Kita belum punya alat pengungkit pertumbuhan lainnya. Memang ekspor kita makin baik. Terutama oleh kenaikan harga sawit dan kenaikan angka ekspor besi/baja (baca: nikel).

Investasi besar-besaran di industri pengolahan nikel kelihatannya telah mulai membuahkan hasil.

Lihatlah angka dari Cyrillus ini: tahun 2019 neraca impor-ekspor besi/baja kita masih defisit USD 3 miliar. Tahun lalu sudah surplus USD 4 miliar.

"Rasanya surplus kita akan berlangsung agak panjang. Berkat pengolahan nikel," ujar Cyrillus yang alumnus UGM (akuntansi) itu –yang gelar doktornya dari universitas di Vanderbilt University, Nashville, Amerika Serikat.

Cyrillus pun curiga jangan-jangan BPS punya kecenderungan mengambil aman. Yakni aman dari kritik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News