Dulu Dicibir, Kini Banyak yang Mengikuti Pilihannya

Dulu Dicibir, Kini Banyak yang Mengikuti Pilihannya
Harfizon, pelopor budidaya jeruk nipis di kebunnya. Foto: Hendri/ Padang Ekspres

Setelah merasakan manfaat besar dari hasil kegigihannya, tahun 2013 ayah tiga anak itu kembali menanam berbagai jenis jeruk di lahan seluas 2 hektare. Seperti jeruk manis, sundai, kasturi dan lemon, serta jeruk purut. Lahan tersebut menurut Harfizon untuk percontohan. 

Harfizon juga berniat agar lahan berbagai jenis jeruk tersebut bisa dijadikan potensi agrowisata atau tempat belajar masyarakat maupun mahasiswa.

“Siapapun boleh belajar di kebun saya. Karena memang itu niat saya saat menanami jeruk-jeruk tersebut,” ujarnya.

Jeruk nipisnya saat ini sudah dipasarkan ke Jakarta. Selama tahun 2015, sudah dijual sekitar 50 ton di Jakarta dengan kisaran harga Rp 5 ribu hingga 8 ribu per kilogram.

Harfizon bercerita, saat terjadi bencana asap di Sumatera, termasuk Sumbar beberapa waktu lalu, harga jeruk nipis melonjak naik menembus Rp 12 ribu per kilogram. “Mungkin karena jeruk nipis langka di pasar, makanya harganya menjadi mahal,”sebutnya.

Selain menjual jeruk nipis, Harfizon juga mahir mencangkok jeruk. Tak hanya petani, beberapa waktu lalu salah seorang kontraktor di Kabupaten Sijunjung telah membeli 1.000 batang bibit jeruk nipis hasil cangkokan Harfizon.

Sebagai anggota Kelompok Tani Lubukbatu, Harfizon mengharapkan, ke depan pemda dapat mengembangkan kawasan Bukit Kompeh sebagai area agrowisata. “Karena kawasan perkebunan jeruk ini juga memiliki keindahan alam yang bagus,” ujarnya. (***/sam/jpnn)
 

HARFIZON cuek dan tidak berkecil hati saat beberapa orang di sekelilingnya mencibir pilihannya yang berbeda dengan yang lain. Suami Evo Merita ini,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News