Durian Low

Oleh: Dahlan Iskan

Durian Low
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Tahun lalu produksi batu baranya 32 juta ton. Naik terus. Dan masih akan naik terus. Tahun ini menjadi hampir 40 juta ton. Lima tahun lagi ditargetkan 60 juta ton –setara dengan Adaro atau KPC saat ini.

Apakah itu berarti harga saham BYAN akan terus naik? Saya tidak tahu. Bertanyalah ke Akagami Shanks. Yang rajin bikin komentar di Disway soal saham. Yang kurang berani tembak langsung pada GoTo –setidaknya dibanding Agustinus yang tulisannya tentang GoTo beredar sangat luas itu.

Faktor terpenting masa depan saham BYAN tentu tetap di harga. Apakah tetap selangit seperti sekarang.

Memang ajaib bin anomali. Green energi dikobarkan di seantero dunia. Batu bara dimusuhi habis-habisan: "energi kotor, bikin polusi, membuat ozon bocor". Namun, yang memakai terus bertambah. Harga batu bara pun belum pernah sampai setinggi aras seperti sekarang.

Akibat perang di Ukraina? Pun sejak sebelum Vladimir Putih menyerang tetangganya itu. Harga batu bara sudah naik. Lalu menjadi-jadi sampai ketika perang itu berlarut-larut.

Belum terlihat solusi cepatnya seperti apa. Perang di Ukraina pun memasuki hari ke 100, kemarin dahulu. Masih lama kelihatannya. Hubungan buruk Tiongkok-Australia juga belum terlihat cahaya terang sedikit pun.

Mendung justru kian tebal ketika Tiongkok makin menguasai diplomasi di negara-negara Pasifik Selatan –terakhir, pekan lalu, Solomon. Australia –yang berarti Amerika– kini kalah total di Pasifik Selatan –yang secara tradisional menjadi sahabatnya.

Australia begitu geram pada Tiongkok. Tiongkok membalasnya: tidak mau lagi membeli batu bara Australia yang begitu istimewa. Sudah lebih setahun perang dingin itu. Belum juga terlihat fajarnya.

INI dia, orang yang kekayaannya, hanya dalam dua tahun terakhir, naik sekitar Rp 30 triliun. Uang benaran. Dia orang Indonesia. Hatinya baik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News