Eks Wasekjen Golkar Tuding Majelis Etik Bentukan Airlangga Tak Beretika

Eks Wasekjen Golkar Tuding Majelis Etik Bentukan Airlangga Tak Beretika
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bersilaturahmi dengan caleg Partai Golkar, alim ulama Kabupaten Bogor. Foto: Istimewa

Darul mengatakan, sepengetahuannya hingga saat ini tak ada kode etik di internal Golkar yang telah disepakati. Padahal, katanya, majelis etik seharusnya bekerja berdasar kode etik.

BACA JUGA : Dua Hari Dicari, Politikus Golkar Ditemukan Tewas di Gundukan Pasir, Diduga Dibunuh

Dosen yang telah aktif di Golkar sejak awal 1980 itu mengatakan, surat terbuka buatannya justru sebagai bentuk penghormatan dan rasa cintanya kepada kedua tokoh tersebut.

“Saya merasa heran mengapa surat saya yang mengingatkan dua tokoh tersebut menyebabkan saya dipanggil untuk klarifikasi oleh Majelis Etik,” tegasnya.

Mantan wakil sekretaris jenderal DPP Golkar itu menambahkan, andai Majelis Etik sudah ada sejak lama dan menjalankan fungsinya secara fair maka yang seharusnya dipanggil lebih awal adalah Akbar Tandjung dan Agung Laksono.

Darul menegaskan, posisi Akbar saat ini adalah wakil ketua Dewan Kehormatan Golkar, sedangkan Agung merupakan ketua Dewan Pakar di partai pimpinan Airlangga Hartarto itu.

Namun, Darul menilai dua tokoh itu bertindak seperti tim sukses bagi Airlangga. Padahal, katanya, sampai saat ini belum ada kejelasan tentang waktu pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) Golkar pun belum diketahui.

“Seandainya Majelis Etik memang ada dan telah mengingatkan kedua tokoh tersebut, saya tidak akan membuat surat yang kemudian beredar menjadi surat terbuka,” tegasnya.

Majelis Etik Golkar dianggap menjadi alat Airlangga Hartarto untuk menyingkirkan pihak-pihak yang berseberangan jelang munas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News