Fahri: Mengapa Statistik Kemiskinan Kita Berbicara Beda?

Fahri: Mengapa Statistik Kemiskinan Kita Berbicara Beda?
Fahri Hamzah. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan secara statistik angka kemiskinan memang menurun. Namun, dia mengingatkan jangan mudah terhibur data statistik soal penurunan angka kemiskinan tersebut.

Menurut Fahri, statistik merupakan ilmu yang kompleks sehingga membacanya harus lebih jeli.

“Selain itu kembalilah ke realitas sekeliling dan bertanyalah apa benar orang miskin semakin berkurang," kata Fahri di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (17/7).

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai angka kemiskinan per Maret 2018 sebesar 9,82 persen berdasar data statistik merupakan yang paling rendah sepanjang sejarah Indonesia.

Menurut Fahri, hari-hari belakangan rakyat menghadapi realitas kenaikan harga yang tidak bisa terbantahkan. Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan listrik terutama pada masa pemerintahan Presiedn Joko Widodo (Jokowi) membuat harga sembilan bahan pokok (sembako) semakin hari naik. Bagi kelompok yang kaya mungkin tidak terasa. Tapi, bagi kelompok menengah ke bawah dampaknya luar biasa. “Tetapi kenapa statistik kemiskinan kita berbicara beda?" katanya.

Fahri lantas memberikan catatan tentang cara mengukur orang miskin di negeri ini.

Dia menjelaskan, orang dikatakan miskin jika pengeluaran (bukan pendapatan) ada di bawah garis kemiskinan (GK).

Menurut dia, GK terdiri dari makanan dan nonmakanan. Tapi, GK makanan lebih mendominasi perhitungannya. BPS mencatat GK per Maret 2018 sebesar Rp 401.220 per bulan. Kalau dibagi 30 hari jadi sebesar Rp 13.777.

Fahri Hamzah mengatakan secara statistik angka kemiskinan memang menurun. Namun, jangan mudah terhibur data statistik soal penurunan angka kemiskinan tersebut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News