Fitra Arda Sebut Sejumlah PR Setelah Pantun Indonesia Diakui UNESCO

Fitra Arda Sebut Sejumlah PR Setelah Pantun Indonesia Diakui UNESCO
Lokakarya daring mengulas rekam jejak perkembangan pantun di Indonesia. Foto: tangkapan layar

Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang Ardoni menjelaskan, pantun ditemukan dalam kehidupan suku bangsa di nusantara dengan berbagai istilah. Namun karena bersifat lisan, dokumentasinya sangat sedikit.

“Makanya di Perpustakaan Nasional, ini termasuk dalam urusan koleksi langka, memang benar-benar langka. Kenapa langka? Ya dari zaman dulu tidak dituliskan, bahkan sekarang pun masih jarang yang dituliskan,” tegas Ardoni.

Pantun sebagai bagian dari budaya bangsa harus dilestarikan. Menurut Praktisi Audio Visual dan Media Sosial Kementerian Komunikasi dan Informatika Dimas Aditya Nugraha, diperlukan cara inovatif untuk memasyarakatkan pantun. Untuk menarik minat generasi milenial, media sosial bisa menjadi pilihan utama. 

“Penting untuk menjaga pantun dengan membuat ekosistem yang baik,” ujarnya.

Peneliti Pusat Studi Budaya dan Laman Batas Universitas Brawijaya, F. X. Domini B. B. Hera, atau yang lebih dikenal dengan Cak Sisko mengharapkan varian pantun dari Sabang sampai Merauke dapat menjadi warisan budaya takbenda di masing-masing wilayah tersebut.(esy/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:

Masuk daftar warisan budaya takbenda dunia, Pantun Indonesia belum semuanya terdokumentasi dan hanya sebatas lisan.


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News