Gagal Paham Etika Politik, Kader Kutu Loncat Dinilai Hanya Mengejar Kekuasaan

Gagal Paham Etika Politik, Kader Kutu Loncat Dinilai Hanya Mengejar Kekuasaan
Logo 17 partai politik peserta Pemilu 2024. Foto: ANTARA/HO- ilustrasi KPU.

Ali menilai sangat tidak etis seorang kader parpol yang duduk di jabatan publik dan menyatakan pindah ke partai lain, sementara selama proses kepindahan tersebut dia masih menerima fasilitas publik, semisal gaji dan tunjangan.

Fenomena pindah partai belakangan menjadi sorotan setelah Sandiaga Uno mengundurkan diri dari Partai Gerindra dan diduga akan bergabung dengan PPP.

Di Jawa Barat sejumlah kader Partai Demokrat dikabarkan pindah ke Partai Nasdem.

Di Banten ada anggota DPRD kabupaten yang tiba-tiba mengundurkan diri karena akan memcalonkan diri melaui Partai Nasdem.

"Fenomena loncat partai ini menandakan lemahnya identitas kepartaian di kalangan para politisi. Parpol hanya dianggap sebatas kendaraan untuk mengantarkan mereka ke jabatan politik. Kader kutu loncat itu orientasinya jelas hanya mengejar kekuasaan. Mereka tidak punya ikatan emosional apalagi ikatan ideologis dengan partainya,” seru Ali.(chi/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

Fenomena kader loncat partai ini menandakan lemahnya identitas kepartaian di kalangan para politisi.


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News