Gagal Ubah Konstitusi, Presiden Chili: Kemarahan Rakyat Harus Didengar

Gagal Ubah Konstitusi, Presiden Chili: Kemarahan Rakyat Harus Didengar
Warga Santiago, Chili merayakan hasil referendum yang menolak rancangan konstitusi baru, Minggu (4/9). Foto: Martin BERNETTI / AFP

"Kami berkomitmen untuk menciptakan kondisi untuk menyalurkan keinginan populer itu dan jalan yang membawa kami ke konstitusi baru," kata Cariola.

Presiden Chili Gabriel Boric mengatakan akan ada perubahan di kabinet dalam waktu dekat dan menjanjikan bahwa pemerintah akan berusaha keras menyusun draf baru.

"Kita harus mendengarkan suara rakyat. Kemarahan itu laten, dan kita tidak bisa mengabaikannya," kata Boric.

Presiden mengatakan dia akan bekerja dengan kongres dan berbagai sektor masyarakat untuk menyusun teks lain dengan mengambil pelajaran dari penolakan hari Minggu.

Partai-partai sayap kiri dan kanan tengah yang mempromosikan kampanye penolakan, juga telah sepakat untuk bernegosiasi untuk menyiapkan teks baru.

"Saya pikir ada dua hal yang menjelaskan apa yang baru saja terjadi. Salah satunya adalah penolakan terhadap pemerintah Boric," kata analis politik Cristobal Bellolio kepada Reuters, menambahkan bahwa yang lainnya adalah politik identitas dalam kaitannya dengan masalah adat dan lainnya.

Konstitusi yang berlaku saat ini dibuat pada masa kediktatoran Augusto Pinochet dan dianggap terlalu berpihak kepada mekanisme pasar.

Demonstrasi besar-besaran yang diwarnai kekerasan pada 2019 melahirkan wacana konstitusi baru yang berfokus pada hak-hak sosial, lingkungan, kesetaraan gender dan hak-hak adat. (reuters/dil/jpnn)

Pada 2020 lalu, hampir 80% warga Chile mendukung adanya konstitusi baru. Namun, kini mayoritas malah menolak. Apa yang terjadi sebenarnya?


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Sumber Reuters

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News