Ganjar Anggap Kebijakan Wali Kota Tegal Bukan Lockdown, Lalu Apa?

Ganjar Anggap Kebijakan Wali Kota Tegal Bukan Lockdown, Lalu Apa?
Gubernur Ganjar Pranowo saat menggelar konferensi pers mengenai bertambahnya junlah pasien yang positif terinfeksi COVID-19 di Provinsi Jawa Tengah. Foto: Antara/Humas Pemprov Jawa Tengah)

"Setelah itu pak wali kota, kayaknya gemas. Kalau begitu saya tutup. Istilahnya, diambil istilah yang agak berat lockdown, padahal alun-alaun saja. Setelah saya tanya, ternyata enggak. Namun, mengurangi perbatasan, sehingga jalan-jalan di dalam kota dibatasi dan ditutup," kata dia.

Sebelumnya, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono meningkatkan status kotanya menjadi darurat virus corona dan menerapkan full local lockdown untuk mencegah penularan virus corona.

Dia mengklaim, hal itu dilakukan demi keamanan bersama. Dedy menegaskan, dia memilih dibenci, daripada maut menjemput mereka.

Dedy Yon menjelaskan, setelah seorang pasien yang dirawat di Ruang Isolasi RSUD Kardinah positif terinfeksi virus corona, dia sudah merencanakan tindakan preventif segera mungkin.

Yang paling mendesak, papar Dedy, adalah penyemprotan disinfektan ke sejumlah lokasi-lokasi yang biasa digunakan sebagai tempat berkerumun warga.

Selain itu, Pemkot Tegal juga akan memperpanjang lokasi local lockdown, dengan menutup akses perbatasan menuju ke Kota Bahari.

Local lockdown akan dipertegas pula, ungkap Dedy, dengan mengganti sekat pintu masuk yang awalnya dari water barrier dengan movable concrete barrier (beton).

"Satu beton kira-kira beratnya sekitar 2 ton. Jadi akan sangat susah dipindah atau digeser oleh seseorang," katanya seperti dikutip dari Radar Tegal, Kamis (26/3).(mg10/jpnn)

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku tidak setuju dengan penggunaan istilah lockdown terkait kebijakan Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono.


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News