Gelombang Kedua COVID-19 di Eropa Lebih Ganas dari yang Pertama

Hampir 80 persen penduduk Kamboja tinggal di daerah pedesaan dengan kepadatan penduduk yang rendah, sehingga memudahkan pengelolaan penyebaran wabah dan mengalokasikan sumber daya ke lokasi yang lebih padat dan berisiko tinggi seperti Phnom Penh, Siem Reap, dan Sihanoukville.
Setelah mengalami wabah SARS dan flu burung, banyak negara Asia yang menganggap serius ancaman COVID-19 sejak awal.
Selain itu, banyak negara menerapkan aturan pemakaian masker yang ketat dan menjaga jarak fisik sejak dini.
Pengujian yang ditargetkan, pendidikan, dan keterlibatan komunitas sangat penting dalam menanggapi COVID-19.
Maximilian de Courten adalah Profesor Kesehatan Masyarakat Global di Institut Mitchell, Universitas Victoria. Bo Klepac Pogrmilovic adalah Peneliti Kebijakan Kesehatan di Institut Mitchell untuk Kebijakan Pendidikan dan Kesehatan, Universitas Victoria. Vasso Apostolopoulos adalah Profesor Imunologi dan Wakil Rektor Pro, Research Partnerships di Victoria University.
Artikel ini pertama kali tayang di The Conversation, diproduksi dan disunting oleh Hellena Souisa dari artikel berikut.
Eropa kembali berada dalam cengkeraman kembalinya COVID-19, setelah Inggris, Spanyol, dan Perancis masing-masing melaporkan ribuan kasus harian baru
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina