GMT: Mitos Nenek Bungkuk Bertongkat

GMT: Mitos Nenek Bungkuk Bertongkat
Jembatan Ampera, salah satu lokasi tempat menikmati gerhana matahari total (GMT) 9 Maret 2016. Foto: Sumeks/JPG

jpnn.com - LAGI-LAGI soal mitos seputar Gerhana Matahari Total (GMT). Yati (35), warga Mesat, Lubuklinggau, Sumsel, mengatakan, berdasar cerita orang tuanya jika fenomena gerhana matahari terjadi agar tetap di dalam rumah dan tidak boleh keluar.

"Kalau zaman dulu, katanya sial. Makanya tidak boleh keluar rumah," bebernya, kepada Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group) kemarin. 

Selain itu, kepercayaan lainnya yakni hewan peliharaan seperti ayam juga tidak boleh dikeluarkan dari dalam kandang saat terjadi gerhana matahari. 

"Ya itu tadi, ada naga makan matahari. Siapa yang melihatnya dengan mata telanjang maka akan alami kebutaan," ujarnya. Bukit Sulap nanti," jelasnya. 

Mitos lainnya yakni dikatakan Pranata, warga Lembak (Bengkulu) yang sudah tinggal di Lubuklinggau mengaku, dulu gerhana matahari sering dikaitkan dengan munculnya nenek bungkuk mengenakan tongkat. "Itu cerita lama. Katanya, siapa saja yang ketemu akan jatuh sakit bahkan meninggal," ungkapnya. 

Dijelaskannya, nenek bungkuk yang muncul tersebut merupakan orang jahat. Tak jarang, guna menangkal kejahatan nenek bungkuk tersebut masyarakat di Lembak menggantungkan sejumlah gelang yang terbuat dari bambu didalam rumah. 

"Itu mitos dulu. Kalau sekarang sudah tidak ada lagi yang percaya dengan begitu," pungkasnya. (sumeks/sam/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News