Hamas Siap Berdialog dengan Utusan Donald Trump demi Gaza, Ini Syaratnya

jpnn.com, DOHA - Gerakan Perlawanan Islam atau Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah alias Hamas menyatakan kesiapannya berdialog dengan pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump.
Namun, kelompok bersenjata yang menguasai Jalur Gaza di Palestina itu meminta AS bisa berdiri di atas semua pihak.
Pernyataan itu datang dari Abu Marzouk, salah satu pejabat politik Hamas dalam wawancara dengan The New York Times sehari menjelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden ke-47 AS.
Menurut Marzouk, Hamas siap menyambut utusan Presiden Trump untuk berdialog demi mencapai pemahaman atas segala hal tentang Gaza.
“Dia (utusan Trump, red) bisa datang (ke Gaza) dan melihat orang-orang serta berupaya memahami perasaan dan harapan mereka, sehingga posisi Amerika berdasar kepentingan semua pihak, bukan satu kubu saja,” ujar tokoh Hamas yang kini bermukim di Qatar itu.
Marzouk juga memuji upaya Trump mengawal kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dengan Israel yang tercapai pada pertengahan Januari lalu.
“Tanpa desakan Presiden Trump untuk mengakhiri perang dan pengiriman wakil yang tegas, kesepakatan itu tidak akan terjadi,” imbuh tokoh Hamas asal Gaza tersebut.
Pada 8 Oktober 1997, AS memasukkan Hamas ke dalam daftar kelompok teroris asing. Sejak itu, nama Hamas masih terpajang dalam daftar versi Kementerian Luar Negeri AS tersebut.
Gerakan Perlawanan Islam atau Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah (Hamas) mengaku siapa berdialog dengan pemerintahan baru AS di bawah Presiden Donald Trump.
- Otoritas Gaza Tuduh Israel Tangkap 360 Tenaga Kesehatan
- Rutin Bagikan Sarapan Gratis, Ivan Gunawan Ungkap Alasannya
- 'Indonesia First’ demi RI yang Berdikari di Tengah Gejolak Dunia
- Gubernur Lemhannas Sebut Kebijakan Tarif Resiprokal Trump Momentum Perkuat Ketahanan Ekonomi
- Ivan Gunawan Terus Beri Dukungan untuk Palestina
- Pemerintah Klaim Utamakan Kepentingan Nasional dalam Negosiasi Dagang dengan AS