Harga Bitcoin yang Terkoreksi Bisa jadi Peluang Investasi Jangka Panjang

jpnn.com, JAKARTA - Harga Bitcoin sempat kembali naik dan tercatat mencapai USD 101.000 sebelum akhirnya kembali turun pada 10 Februari 2025 menjadi USD 95.000.
Koreksi ini menunjukkan karakteristik pasar Bitcoin yang fluktuatif, di mana harga bisa mengalami kenaikan dan penurunan secara bergantian, dipengaruhi oleh faktor eksternal dan sentimen pasar global.
Meski harga bitcoin mengalami penurunan, permintaan terhadap aset kripto di Indonesia masih tinggi.
Terbukti, jumlah transaksi bitcoin terus meningkat pada platform INDODAX.
Data internal INDODAX total transaksi sepanjang Januari 2025 mencapai Rp16,019 Triliun atau sekitar 12,02% dari total transaksi selama 2024.
Meskipun ada koreksi, pasar kripto Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan, yang menandakan bahwa minat terhadap Bitcoin dan aset kripto lainnya tetap solid.
"Koreksi harga Bitcoin saat ini menunjukkan sifat volatilitas pasar yang memang wajar terjadi. Dalam pasar yang dinamis seperti ini, koreksi harga adalah bagian dari siklus alami, di mana fluktuasi harga dapat mempengaruhi sentimen pasar. Namun, kami tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang Bitcoin," ujar CEO INDODAX, Oscar Darmawan.
Oscar menambahkan meski pasar mengalami koreksi, faktor fundamental Bitcoin tetap kuat, termasuk adopsi yang semakin luas, baik oleh investor ritel maupun institusional.
Meski ada penurunan harga Bitcoin saat ini, para investor yang mengikuti prinsip Dollar-Cost Averaging (DCA) dapat memperoleh keuntungan dalam jangka panjang.
- 5 Tip Menghadapi Volatilitas Kripto, Upbit Imbau Dana Darurat Sebagai Prioritas
- Pintu Gelar Trading Competition 2025 Berhadiah Rp100 Juta, Yuk Ikutan!
- Mengenal Nonce dan Mining Difficulty dalam Penambangan Bitcoin
- Lampaui Amazon dan Google, Bitcoin Kini Jadi Aset Kelima Terbesar di Dunia
- Harga Bitcoin Tembus Rp1,56 Miliar, CEO Indodax Ajak Masyarakat Mulai Mengubah Pola Pikir
- Kantongi Lisensi MSB, MLPRU Siap Perluas Layanan Kripto di AS