Harga Telur Tertinggi dalam Sejarah, Pedagang Desak Mendag Segera Cari Solusi

Harga Telur Tertinggi dalam Sejarah, Pedagang Desak Mendag Segera Cari Solusi
IKAPPI meminta pemerintah segera turun tangan untuk membereskan harga ayam hingga telur yang menggila. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyesalkan statement Menteri Perdagangan (Mendag) yang mengatakan tak perlu meributkan kenaikan harga telur karena membuat kegaduhan.

Ketua Umum DPP IKAPPI Abdullah Mansuri mengatakan seharusnya Mendag mendorong agar harga telur bisa turun.

Pasalnya, persoalan telur saat ini sudah terjadi sejak beberapa minggu terakhir dari Rp 27 ribu menuju Rp 29 ribu, ke Rp 30 ribu, bahkan sekarang sampai ke Rp 32 ribu per kilogram.

"Ini harga tertinggi dalam sejarah lima tahun terakhir Kementerian Perdagangan bekerja, kami berharap agar persoalan di lapangan seperti persoalan pangan, petelur, persoalan distribusi menjadi persoalan yang fokus harus di selesaikan bukan lari dari persoalan," ujar Mansuri, Selasa (23/8).

Untuk itu, IKAPPI meminta kepada Kementerian Perdagangan untuk melakukan upaya-upaya lanjutan tidak hanya berstatement yang justru membuat kegaduhan.

"Upaya-upaya ini yang di harapkan ialah mengumpulkan peternak-peternak besar atau petelur-petelur besar dalam rangka mencari solusi dan langkah apa yang harus di lakukan ke depan bukan justru menyampaikan bahwa supply berlebih dan kita tidak boleh ribut," ungkap Mansuri.

Selain itu, banyak jeritan dari emak-emak yang terus mengalir kepada pedagang sehingga mau tidak mau Ikappi harus mendorong agar pemerintah mencarikan solusi.

"Telur ialah komoditas yang cukup besar permintaannya jika tinggi harganya maka jadi masalah. Kami harapkan  bisa menyelesaikan persoalan telur dalam waktu sesingkat-singkatnya," tegas Mansuri. (mcr28/jpnn)

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyatakan statement Menteri Perdagangan (Mendag) yang mendorong agar tidak meributkan kenaikan harga telur


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Wenti Ayu Apsari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News