Hasil Pertanian Ini Bisa Menjadi Peluang Bagi Para Petani

Menurut Kristianingsih, pencetakan rengginang singkong produk kelompoknya masih dilakukan manual menggunakan tangan, meskipun bisa memakai mesin.
Dia beralasan, pengolahan tradisional bisa menyerap banyak tenaga kerja. Dengan kapasitas produksi 3 kwintal per harinya dibutuhkan sekitar 20 karyawan.
“Saya mengondisikan supaya di tiap-tiap kecamatan ada produksinya,” katanya.
Kristianingsih mengatakan, tempat pelatihan pihaknya berkolaborasi dengan Kementerian Pertanian, Dinas Koperasi dan UMKM, serta Dinas Perindustian dan Dinas Ketenagakerjaan.
Kini Kris, sapaan Kristianingsih mempunyai 160 binaan, masing-masing ada 8-10 orang pengelola.
“Kami koordinasi supaya setiap tempat ada, dengan 58 titik toko modern tidak mungkin melakukan sendirian,” ujar dia.
Produk rengginang kelompok Kristianingsih ini sudah masuk marketplace Lazada, Shopee, Bukalapak, Indomaret, dan Alfamart.
Kebutuhan ke depan, kata Kris, pelaku usaha seperti dirinya memerlukan ketelatenan, komitmen, dan kerja sama. Terlebih lagi, 50 persen pembeli biasanya berasal dari pasar daring.
Singkong kini tidak sekadar diolah pengganti beras atau menjadi keripik. Selain itu, panganan tersebut biasanya diolah dengan cara digoreng dan direbus.
- Promosikan Hasil Riset GRS BPDP, AII: Bisa Dihilirisasi Petani dan UMKM
- Kolaborasi BULOG-Pupuk Indonesia Saat Panen Raya, Petani Langsung Beli Pupuk Sesuai HET
- Asuransi Jasindo Beri Perlindungan Kepada 4,5 Juta Petani & Salurkan Klaim Rp386 Miliar
- HKTI dan PKTHMTB Bersiap Menanam Sorgum Seluas 100 Hektare
- Wamentan Sudaryono Optimistis Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia
- Resah Lihat Kondisi Ekonomi, Mahasiswa UKI Bagikan Beras untuk Membantu Warga