Hasto: Politikus Harus Belajar dari Kebudayaan agar Tidak Hina Ulama

Hasto: Politikus Harus Belajar dari Kebudayaan agar Tidak Hina Ulama
Sekjen Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji (Senapati) Nusantara Hasto Kristiyanto dalam Rapat Kerja Agung 2019 di Yogyakarta, Sabtu (9/2). Foto: Senapati Nusantara

jpnn.com, JOGJA - Sekretaris Jenderal Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji (Senapati) Nusantara Hasto Kristiyanto mengimbau para politikus untuk belajar dari kebudayaan Indonesia yang penuh dengan nilai-nilai peradaban.

"Karena kebudayaan itu tidak bisa disalahgunakan. Puisi bisa disalahgunakan untuk menghina ulama. Kami di Senapati Nusantara tidak ingin seperti itu,” kata Hasto dalam Rapat Kerja Agung 2019 di Yogyakarta, Sabtu (9/2).

Hasto seolah ingin menyindir Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang beberapa waktu terakhir mendapat kecaman setelah dianggap menghina ulama kondang KH Maimoen Zubair menggunakan puisi.

Menurut sekjen PDI Perjuangan itu, poltikus seharusnya berbicara dan berperilaku yang baik.

Hasto menambahkan, rapat agung itu digelar untuk melakukan evaluasi serta perencanaan kegiatan para pelestari tosan aji nasional.

"Ini bukan sekadar seni dalam logam. Di dalamnya juga mengandung nilai-nilai luhur, esensi kebudayaan manusia Indonesia," kata Hasto.

Rapat kerja agung yang dibuka pada Rabu (8/2) itu diawali dengan pameran masterpiece keris nusantara dan bursa tosan aji nasional di Hotel Rosin, Yogyakarta.

Ribuan tosan aji dipamerkan maupun diperjualbelikan di arena itu. Isu lain yang mengemuka dalam acara itu ialah mengenai usulan agar pemerintah segera menetapkan Hari Keris Nasional.

Sekjen Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji (Senapati) Nusantara Hasto Kristiyanto mengimbau para politikus untuk belajar dari kebudayaan Indonesia yang penuh dengan nilai-nilai peradaban.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News