Hidup di KRI Banjarmasin dalam Pelayaran Menuju Milan

Hindari ke Kamar Mandi saat Ombak Tinggi

Hidup di KRI Banjarmasin dalam Pelayaran Menuju Milan
TETAP FIT: Selain menjaga kebugaran, olahraga bisa menjadi sarana efektif untuk mengusir kebosanan di kapal. Foto: Ilham Wancoko/Jawa Pos

Beberapa ABK mengatakan, hidup di kapal bisa jadi malah makin gemuk. Sebab, ruang lingkupnya terbatas. Namun, dalam pelayaran KRI Banjarmasin ini, kebanyakan ABK justru mengaku makin kurus. Ada yang turun 5 kilogram dan 8 kilogram. ”Ya, lebih kurus tentunya bisa lebih sehat,” tutur beberapa ABK.

Untuk mengantisipasi keterbatasan makanan, sejak awal semua ABK KRI Banjarmasin mendapatkan jatah mi instan. Nah, mi instan itulah yang biasanya menjadi sasaran bila sudah bosan dengan masakan kapal. Setidaknya, lidah bisa dilayani dengan rasa yang berbeda. Bukan hanya ABK, taruna AAL juga kerap terlihat bernafsu memasak mi instan.

Menu yang terbatas itulah juga yang membuat para penghuni kapal kerap belanja bahan makanan saat bisa sandar di sebuah negara. Misalnya, saat sandar di Karachi, Pakistan. Banyak yang membeli susu, biskuit, hingga minuman bersoda.

Belanja itu dilakukan untuk mengantisipasi perut yang mendadak ngambek saat kapal berlayar. Apalagi, KRI Banjarmasin direncanakan berlayar pulang ke Indonesia selama lebih dari sembilan hari.

Waktu layar sembilan hari itu cukup lama bila dibandingkan dengan berlayar di Indonesia. Kalau sedang berpatroli, kapal perang biasanya tidak lebih dari seminggu sudah sandar di daratan.

”Di laut lebih dari sembilan hari ini lama. Karena itu, perut perlu dilayani dengan hal yang berbeda. Tapi, sebenarnya musuh utama dari pelayaran itu adalah kebosanan,” ujar seorang ABK KRI Banjarmasin. (*/c10/sof)

Puluhan hari hidup di kapal perang seperti KRI Banjarmasin menimbulkan banyak kenangan. Ada banyak keterbatasan, namun banyak juga pengalaman menyenangkan.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News