Hikmah Ramadan: Istikamah Belajar Ikhlas

Oleh: Prof Dr Utami Widiati

Hikmah Ramadan: Istikamah Belajar Ikhlas
Prof Dr Utami Widiati, Foto for Radar Malang/JPNN.com

Subhanallah! Kurang dari sejam saya menggunakan hitungan logika matematika, Allah membuktikan firman-Nya, ”Aku bergantung pada prasangka hamba-Ku.”

Belajar menjaga rasa ikhlas dan pasrah secara istikamah dapat diasah melalui perasaan rendah dan hina di hadapan Allah, ”Ya Allah jadikan kami melihat diri kami ini kecil di hadapan Engkau.”

Berlatih di bulan Ramadan, dan meneruskan di bulan-bulan yang lain. Dengan cara pandang seperti ini, maka hal-hal yang bersifat duniawi seperti harta, pangkat, dan jabatan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kebesaran Allah yang Maha Memiliki.

Mampukah saya secara ikhlas melakukan investasi akhirat lebih banyak dari investasi dunia?

Mampukah saya memasrahkan masa depan pada Allah yang Maha Kaya, bukan pada penumpukan deposito yang membuat berbuat amal menjadi sangat kalkulatif?

Beranikah saya pasrah kepada Illahi jika terpaksa harus berutang untuk ”mengejar momen” sedekah dan jariah dengan keyakinan yang total bahwa Gusti Allah yang akan ”membayar dan melunasinya”?

Ah, rasanya keikhlasan dan kepasrahan juga merupakan karunia Allah; maka yang perlu saya lakukan adalah secara istikamah mengawalnya dengan banyak berdoa,

”Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas mengharap wajahmu.”

Hikmah Ramadan yang ditulis oleh Prof Dr Utami Widiati memberikan keteguhan hati dan menginspirasi untuk selalu berbuat ikhlas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News