Hitler dan Ukraina

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Hitler dan Ukraina
Pemandangan gedung tempat tinggal yang hancur pada serangan Rusia di Ukraina di kota Irpin, luar Kyiv, Ukraina, Jumat (29/4/2022). Gambar diambil menggunakan drone. REUTERS/Valentyn Ogirenko/WSJ/djo (REUTERS/VALENTYN OGIRENKO)

Dalam berbagai pernyataannya, Zelensky menempatkan diri sebagai kelompok yang dizalimi oleh Vladimir Putin. 

Meski tidak membuat referensi langsung mengenai kemunculan neo-nazisme di Rusia, tetapi Zelensky jelas ingin mencari simpati dunia dengan menempatkan dirinya sebagai korban agresi neo-nazi.

Sebaliknya, Rusia menyebut bahwa serangan ke Ukraina adalah bagian dari program ‘’denazifikasi’’ untuk menghilangkan pengaruh nazi di Ukraina yang dianggap telah menguasai ideologi mainstream negara itu.

Klaim Rusia ini terdengar sebagai paradoks karena populasi Yahudi di Ukraina cukup besar dan banyak elite politik Ukraina yang keturunan Yahudi. Bagaimana mungkin nazisme tumbuh subur di Ukraina kalau di negara itu Yahudi justru dominan? Rusia bergeming.

Rusia menganggap logika itu tidak relevan. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa Adolf Hitler yang sangat membenci Yahudi itu ternyata adalah keturunan Yahudi dari kakek pihak ayahnya. 

Rusia ingin mengatakan bahwa holocaust adalah tragedi ciptaan Yahudi sendiri sebagai cara playing victim, menempatkan diri sebagai korban untuk menarik simpati dunia.

Komentar Lavrov ini memicu reaksi keras dari Ukraina dan Israel. Komentar itu dianggap sebagai upaya cuci tangan dari Rusia untuk mencari legitimasi serangannya atas Ukraina. 

Komentar yang berbau konspirasi itu dianggap sebagai upaya mendiskreditkan Israel dan upaya membebaskan pelaku holocaust dari tanggung jawab.

Menlu Rusia menyebutkan Adolf Hitler, penguasa Nazi Jerman, ialah keturunan Yahudi. Pernyataan ini di tengah perang Rusia vs Ukraina yang belum berakhir.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News