I-baru CSIS

Oleh: Dahlan Iskan

I-baru CSIS
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - YANG dicari tidak ketemu, yang ketemu yang tidak dicari.

Saat mencari Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) ke kampus barunya pekan lalu, saya justru bertemu orang yang tidak saya sangka: Prof Dr Iwan Jaya Azis.

Ia Guru Besar Cornell University, Ithaca, Amerika Serikat. Ahli ekonomi itu lagi di perpustakaan UIII. Maka di perpustakaan inilah saya "nyangkut" lama.

Sudah 30 tahun tidak pernah baku dapa dengannya.

Waktu muda dulu saya selalu membaca tulisan ekonomi Iwan di majalah Prisma. Tulisan yang selalu serius. Dengan tabel dan grafik hasil penelitian.

Sebagai lulusan pesantren, saya tidak mengerti isi artikel itu. Tetapi saya baca terus.

Baca Juga:

"Sampai kelak saya harus mengerti semua itu," kata saya saat itu, dalam hati.

Yang lebih penting bagi saya: beliau putra pemilik harian Surabaya Post. Raja koran di Surabaya. Sebelum Jawa Pos menjadi raja berikutnya. Ayahnya, Abdul Azis, asli Pamekasan.

Sang kiai berpesan ke Nusron Wahid: di Jakarta nanti jangan ke CSIS. Alasannya, CSIS itu singkatan cina senang Indonesia susah. Seisi auditorium bergemuruh.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News