Importir Daging Australia di Indonesia Mengaku Tidak Banyak Dapat Keuntungan

"Kami mencoba untuk bisa tetap bertahan dalam menjalankan bisnis dan mudah-mudahan situasi akan berubah dan bisa mendukung kami lagi," tambahnya.
Harga daging di pasaran tradisional saat ini telah dianggap mahal, dan pemerintah Indonesia mencoba menekan harga sekitar Rp 85.000 per kilogram.
"Bahkan harga di atas Rp 100.000 masih belum cukup untuk menutupi biaya kami," kata William.
"Dengan harga sapi dari Australia saat ini, kami harus menjual di harga Rp 130.000 hingga 140.000, sehingga cukup ekonomis bagi kita untuk melakukan bisnis," ujarnya.
"Tapi hal tersebut bukan pilihan, karena tidak ada yang akan membeli daging dengan harga setinggi itu."
"Warga Indonesia tidak memiliki pendapatan per kapita setinggi di Australia, tapi kita harus membeli daging Australia lebih mahal dari orang-orang Australia sendiri," jelasnya.
Sementara itu Dhimas Brahmantya dari Widodo Makmur Perkasa, yang mengoperasikan dua peternakan penggemukan mengatakan ia belum pernah membayar lebih untuk ternak sapi, seperti di tahun ini.
"Keadaanya sulit, karena pemerintah menekan kami untuk menurunkan harga daging sehingga dapat terjangkau bagi pasar," katanya. "Harga yang pemerintah tetapkan sebenarnya jauh lebih rendah dari biaya yang kami keluarkan."
Sejumlah importir daging dan peternak penggemukan sapi di Indonesia mengaku keuntungan mereka telah menurun dengan harga daging sapi Australia yang
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas