Ini Kisah Hidup Pak Sutopo, Rela Tinggalkan Cita - Cita demi Jadi Pembawa Kabar Bencana

Ini Kisah Hidup Pak Sutopo, Rela Tinggalkan Cita - Cita demi Jadi Pembawa Kabar Bencana
Presiden Joko Widodo dan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Sutopo Purwo Nugroho di Istana Negara. Foto: Setpres

Cuma kadang wartawan jadi manja juga. Waktu banjir di Jakarta, saya sendirian. Harusnya humas lain juga, bukan hanya BNPB. Tapi wartawan kan tanya ke saya semua. Ada yang nulis tangggul di Pluit jebol. Tapi mereka belum sampai ke tempat kejadian. Padahal belum lihat sendiri. Itu saya cek dulu. Ternyata enggak ada. Lalu tanya, ada penangkaran buaya lepas, gimana pak. Lalu tanya lagi, orang-orang kaya waktu banjir ninggalin anjing di rumahnya, apa yang dilakukan BNPB? Wah saya sampai bingung, masa urusan ini BNPB juga.

Lalu ada yang tanya korban meninggal berapa mau kasih bantuan, saya kasih datanya. Tapi ada yang tanya juga, ini korban meninggal dikubur di mana, lho ya mana saya tahu kuburannya. Kalau keluarga korban ada yang saya tahu.

Pernah keluarga mengeluh dengan kesibukan Anda ini?

Awalnya keluarga complain. Tapi setelah itu mengerti. Anak dan istri saya juga terima kok broadcast berita bencana dari saya.
Kalau pun kebetulan libur tanggal merah saya lebih senang pergi sama keluarga, atau baca buku.
Saya diajakin teman belajar golf, saya enggak bisa e. Ngapain mukul bola, terus dicari bolanya. Saya senangnya nonton. Nonton film action, saya copy dari laptop teman. Satu film bisa nonton lima kali. Bukan karena apa, tapi karena saya tinggal tidur terus. Kalau ngantuk, saya berhenti. Besok lanjut lagi. Ya gitu saja.

 Kalau ada hubungannya dengan kementerian lain, saya tidak bisa langsung beri statement. Dulu pernah ditegur. Saya bilang, humas kementeriannya harus aktif, ini kan wartawan tanya ke saya terus. Bagaimana saya menjelaskannya. Jadi sekarang kalau berhubungan denegan kementerian saya keep dulu sampai semua ngomong. Saya tambahkan, tapi tetap kontaknyaa saya kasih punya kementeriannya biar dihubungi sendiri sama wartawannya.

Kenapa memilih menjadi jabatann sekarang dan melepas gelar profesor?

Saya sebenarnya waktu itu sudah siapkan semua untuk mendapatkan gelar profesor, SK-nya, administrasinya. Gedung, catering jas, sudah saya siapkan semua. Tapi waktu itu ada masalah administrasi. Saya enggak bisa, karena saya di BNPB. Saya hampir meninggalkan BNPB. Tapi setelah mendapatkan masukan dari Kepala BNPB saya memilih untuk tetap di sini. Saya bisa berkreasi dan saya membawa kabar yang dibutuhkan banyak pihak. Akan banyak hal yang dapat saya lakukan untuk masyarakat. Profesor kan hanya gelar. Toh saya juga bisa menjadi dosen mengajar seperti cita-cita saya. Saya menjadi dosen di Universitas Pertahanan dan dosen luar biasa di Universitas Indonesia.

Tersinggung enggak disebut si pembawa kabar bencana?

Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia setelah mengidap penyakit kanker paru - paru sejak Januari lalu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News