Ini Penyebab Rupiah Masih Menguat Meski Dibayangi Data Harian Kasus Covid-19

Ini Penyebab Rupiah Masih Menguat Meski Dibayangi Data Harian Kasus Covid-19
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (13/7) masih menguat tipis, sebesar tiga poin atau 0,02 persen. Foto: dok.JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (13/7) masih menguat tipis, sebesar tiga poin atau 0,02 persen.

Rupiah dibuka positif ke posisi Rp 14.490 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.493 per USD.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah masih berpeluang menguat meski dibayangi kasus harian Covid-19 yang mencapai lebih dari 40 ribu pada Senin (12/7).

Di samping itu, rupiah berpotensi menguat mengikuti perbaiki sentimen pelaku pasar keuangan global.

"Indeks saham global sebagai aset berisiko terlihat menguat. Pasar melihat perbaikan performa perusahaan di kuartal kedua. Ini mendorong pasar keluar dari aset aman USD dan masuk ke aset berisiko," ujar Ariston.

Ariston menjelaskan perbaikan sentimen rupiah tersebut juga didukung oleh kebijakan pelonggaran moneter bank sentral China People's Bank of China (PBoC) yang menurunkan Giro Wajib Minimum atau GWM sebesar 50 basis poin sehingga meningkatkan likuiditas di pasar.

"Sikap bank Sentral AS yang juga mempertimbangkan mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter dalam waktu yang lebih lama, juga mendukung sentimen terhadap risiko tersebut," kata Ariston.

Di sisi lain kasus Covid-19 baru yang terus menanjak, terutama di Indonesia yang terus mencetak rekor baru, menjadi kekhawatiran pelaku pasar.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (13/7) masih menguat tipis, sebesar tiga poin atau 0,02 persen.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News