Irfan Wahid Ungkap 4 Masalah Utama Pengembangan Industri Kreatif

Irfan Wahid Ungkap 4 Masalah Utama Pengembangan Industri Kreatif
Dialog nasional ekonomi kreatif. Foto: source for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Tim Quick Win 5 Destinasi Superprioritas yang juga mantan Ketua Industri Kreatif Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Irfan Wahid mengatakan, sedikitnya ada empat problem utama industri kreatif di Indonesia.

Empat permasalahan itu juga dia bahas saat menjadi pembicara di acara Rakernas Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang industri kreatif di Jakarta, Kamis (7/11). "Yaitu masalah akses pemodalan, SDM yang berkualitas, literasi digital, dan pengetahuan kewirausahaan," kata Irfan, Jumat (8/11).

Rakernas yang dia maksud mengangkat tema 'Mendorong SDM Unggul dan Penerapan Teknologi untuk Menjadikan Ekonomi Kreatif sebagai Tulang Punggung Ekonomi Indonesia'. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama juga hadir dalam rakernas tersebut.

Irfan mencontohkan, banyak pelaku kreatif yang berpotensi tinggi dengan kualitas SDM mumpuni, tetapi belum memiliki pengetahuan kewirausahaan komprehensif, mulai legalitas usaha, manajemen keuangan, hingga penguasaan tren pasar. Karena tak punya pengetahuan kewirausahaan itu pula, banyak pelaku kreatif belum bisa mengakses permodalan. Sehingga potensi besar itu tidak terwujudkan dalam perputaran ekonomi yang berdampak signifikan ke masyarakat.

”Itulah mengapa tata kelola pengembangan industri kreatif harus dilakukan secara terintegrasi. Pendekatannya perlu lebih tajam menukik ke dasar persoalan, bukan semata-mata urusan gimmick dan rutinitas program untuk mencairkan anggaran,” ujar Irfan yang telah puluhan tahun berkiprah di industri kreatif.

Selain itu, Irfan memaparkan pentingnya peranan sekolah menengah kejuruan (SMK) dalam penciptaan tenaga kerja berkualitas di industri kreatif.

”Kami mengapresiasi keberhasilan pemerintah menurunkan angka pengangguran SMK. Per Agustus 2019 ini kan tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK 10,42 persen, terus menurun dibanding lima tahun yang masih di atas 12 persen. Ke depannya harus memperbanyak SMK-SMK kreatif, dan tentu melibatkan swasta,” ujarnya.

Pelibatan SMK dalam pengembangan industri kreatif juga sekaligus menjadi jangkar penurunan pengangguran, mengingat TPT lulusan SMK masih menjadi yang terbesar dibanding kelompok pendidikan lainnya yang persentasenya sudah di bawah 8 persen.

Irfan Wahid mencontohkan, banyak pelaku kreatif dengan kualitas SDM mumpuni, tetapi belum memiliki pengetahuan kewirausahaan komprehensif.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News