Istana Diserbu, Presiden Madagaskar Mundur
Rabu, 18 Maret 2009 – 08:24 WIB
Tak ada korban jiwa saat militer mengambil alih istana kepresidenan dan bank sentral kemarin yang langsung dikutuk Uni Afrika dan Uni Eropa itu. Saat kudeta berlangsung, Ravalomanana berada Iavoloha, sekitar 10 kilometer dari istana kepresidenan. Para pendukung presiden yang terpilih untuk kali kedua pada 2006 itu membentuk pagar hidup di sekitar Iavoloha. Mengutip BBC, Ravalomanana juga sempat menegaskan bakal bertahan sampai titik darah penghabisan bersama para loyalisnya tersebut.
Baca Juga:
Kubu oposisi menyebut Ravalomanana sebagai otokrat yang memimpin negeri bekas jajahan Prancis itu seperti perusahaan pribadi. Di bawah desakan agar presiden segera mundur yang mulai berkobar sejak pemecatan Rajoelina Februari lalu, Ravalomanana mengusulkan referendum supaya rakyat bisa memilih siapa yang berhak memimpin negeri yang merdeka pada 1960 tersebut. Namun, Rajoelina menolak tawaran tersebut. Dia malah meminta agar tentara menahan sang presiden.
Kendati jelas-jelas yang bergerak adalah pasukan yang berpihak kepadanya, Rajoelina membantah memerintahkan penyerangan tersebut. Selama ini, militer Madagaskar selalu berusaha bersikap netral. Tapi, Kepala Staf Angkatan Darat Madagaskar Kolonel Andre Ndriarijaona memastikan kalau kali ini militer akan berpihak kepada mereka yang berjuang untuk rakyat.
"Kami akan selalu berada di belakang rakyat Madagaskar. Kalau Andry Rajoelina bisa menyelesaikan masalah negara ini, kami akan mendukung dia," ujar Ndriarijaona.
ANTANANARIVO - Krisis politik di Madagaskar mencapai puncaknya kemarin (17/3). Setelah penyerbuan ke istana kepresidenan yang dilakukan militer yang
BERITA TERKAIT
- Kemlu RI: World Water Forum di Bali Bakal Melahirkan Deklarasi Bersejarah
- Alhamdulillah, Israel dan AS Pastikan 160 Ribu Bahan Bakar Telah Terkirim ke Gaza
- Soal IUU Fishing, RI Tidak Perlu Berkompromi dengan Vietnam
- Jemaah Islamiyah Kembali Berulah, Dua Polisi Malaysia Tewas di Markas
- Tahan Bantuan untuk Israel, Joe Biden 'Dihajar' DPR Amerika
- Stafsus Kementerian Investasi Pradana Soroti Ketidakadilan Kerja Sama Antarnegara