Jabra PanaCast 50 Jawab Kebutuhan Psikiater di Era Teleterapi

Jabra PanaCast 50 Jawab Kebutuhan Psikiater di Era Teleterapi
Pergeseran pola kerja akibat pandemi COVID-19 memaksa dunia terapi psikologi untuk beradaptasi,m dengan memanfaatkan teknologi digital. Foto: Jabra

jpnn.com, JAKARTA - Kekhawatiran masyarakat dengan pandemi yang saat ini sedang berlangsung belum juga mereda, terlebih dengan terdeteksinya varian omicron di tengah padatnya aktivitas masyarakat di Indonesia saat ini.

Melihat hal ini, banyak perusahaan yang beradaptasi untuk menerapkan cara bekerja Work from Home (WFH), bahkan secara permanen.

Namun, perlu diketahui bahwa aktivitas bekerja jarak jauh atau (WFH) juga berpotensi meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental di kalangan masyarakat profesional yang aktif mengadopsi kebiasaan baru tersebut.

Dalam sebuah studi yang dilansir Morbidity and Mortality Weekly sepanjang tahun 2020, gejala depresi dan peningkatan kecemasan yang mendera masyarakat di Amerika Serikat meningkat empat kali lipat dibandingkan tahun 2019.

Riset yang dilakukan CDC Amerika Serikat tersebut menyebutkan, mayoritas masyarakat dalam kategori umur produktif hingga 44 tahun mengalami gangguan kesehatan mental.

Hal tersebut disebabkan oleh campur aduknya urusan pribadi dan kantor di satu tempat dan waktu.

Selain itu, masifnya arus berita yang diterima masyarakat turut memberi porsi tekanan kesehatan mental di waktu bersamaan.

Di Indonesia, masyarakat sebenarnya menyadari gejala gangguan kesehatan mental yang mendera mereka. Provinsi Jawa Barat misalnya mengumumkan bahwa kunjungan pasien yang cemas terhadap kesehatan jiwanya di Rumah Sakit Jiwa Cisarua meningkat 14 persen per Agustus 2020.

Pandemi COVID-19 membuat banyak perusahaan yang beradaptasi untuk menerapkan cara bekerja Work from Home (WFH), bahkan secara permanen

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News