Jadi Bocah , Sebelum Mengajar Anak
Minggu, 27 Juni 2010 – 17:01 WIB
Guru-guru PAUD di Denpasar dikumpulkan, diberi kesempatan merasakan apa yang mereka beri untuk anak didik. Mereka pun harus jadi bocah untuk bersimulasi. Seperti apa?
"AYO anak-anak, dalam hitungan ketiga semua lari," ajak salah seorang wanita berkerudung di lantai dasar Rumah Pintar di Jalan Kamboja, Denpasar. Ajakan wanita yang berperan sebagai pimpinan itu bak gayung bersambut. Di hitungan ketiga, keriuhan pun pecah.
Sekitar 50 "anak-anak" sibuk berlarian.Mereka menuju ke segala penjuru ruangan. Itu dilakukan demi melindungi sebuah "ekor" yang ditancapkan dibagian belakang tubuhnya masing-masing. Pasalnya, setiap peserta diminta mencopot ekor peserta lain. "Pendidik harus paham dan mengerti, tidak sekedar meminta murid memainkan," kata Rahmani Sidik dari Yayasan Anak Emas menjelaskan, ketika ditanya ihwal permainan.
Meski terlihat lelah, para guru-guru itupun hanya cengengesan mirip anak berusia 0-6 tahun ketika selesai. "Capek tapi senang," ujar salah seorang di antaranya. Selesai satu permainan, dilanjutkan dengan bermain meniti tali serta bola.
Guru-guru PAUD di Denpasar dikumpulkan, diberi kesempatan merasakan apa yang mereka beri untuk anak didik. Mereka pun harus jadi bocah untuk bersimulasi.
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor