Jatuh Cinta Monyet

Jatuh Cinta Monyet
Ilustrasi cinta. Foto: Pixabay

Karena itu, ketika belakangan ada banyak peristiwa kekerasan terhadap binatang, ---apalagi jenis langka--- itu cukup menusuk perasaan. Seekor komodo, binatang purba yang membuat pamor pariwisata Indonesia terangkat, karena masuk dalam tujuh keajaiban dunia itu, mati di Kebun Binatang Surabaya (KBS), gara-gara makan plastik. Rusa-rusa di Taman Monas Jakarta, juga tidak terurus, kekurangan minum, gara-gara pompa airnya macet. Yang paling spektakuler, adalah pembantaian besar-besaran, hampir 750 orangutan di Kalimantan selama setahun, 2008-2009.

Mereka dibunuh, hanya karena dianggap sebagai hama perusak sawah dan ladang kelapa sawit. Washington Post mempublikasikan hasil survei itu di AS, ditulis oleh Erik Meijaard, Kecaman dan kritikan pedas datang dari berbagai segi. Padahal mamalia ini tergolong dilindungi pemerintah, dan 90 persen spesies ini di dunia, habitatnya tinggal di Kalimantan, persisnya di hutan tropis. The Nature Conservancy dan 19 organisasi swasta lainnya --termasuk WWF dan Asosiasi Ahli Primata Indonesia--- mengamati sebab-sebab pembunuhan orangutan ini.

Mereka menginterview 6.983 orang di 687 desa di tiga provinsi Kalimantan antara april 2008 hingga september 2009. Bukti-bukti seperti tengkorak, kulit dan tulang belulang, juga masih banyak yang tersisa. Konon, mereka dibantai, diburu, karena setiap kepala orangutan dihargai Rp 1 juta. Gerombolan orangutan itu dianggap hama perusak kebun kelapa sawit, yang dikelola dan dimiliki pengusaha. Mereka tidak peduli, alasan mengapa binatang langka itu turun gunung? Mereka tidak pusing, bahwa penyebabnya, karena habitatnya mereka mulai terdesak oleh perkebunan itu.

Sayang, mereka tidak punya HAB (Hak Asasi Binatang), sebagaimana manusia punya HAM (Hak Asasi Manusia). Di Boyolali, sapi-sapi sebelum dijual untuk kurban, dipaksa minum air puluhan liter agar berat dagingnya bertambah. Di Palembang, ayam sebelum dijual dijejali makanan melebihi ruang kapasitas tembolok dan mulutnya. Tujuannya sama eksploitatif, agar berat badannya bertambah sebelumnya dijual kiloan.

Cara membawa ayam dan bebek ke pasar, hanya digantung dan diikat di sepeda motor. Ah, masih banyak lagi, nasib binatang yang jauh dari rasa peri kemanusiaan (baca: juga kehewanan, red). Cinta kita masih “cinta monyet”, belum cinta mati, belum cinta sejati. Kemarin, Wapres Boediono mengingatkan akan “ketulusan cinta” itu di peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Indonesia 2011! Sebuah peringatan, yang biasanya dirayakan tiap tanggal 5 November itu, untuk memompa rasa kepedulian, perlindungan, pelestarian puspa (bunga) dan satwa langka, sejak 1993. Masalahnya, “cinta monyet”, atau ”cinta orang utan”?

SUNGGUH, saya tidak terlalu paham makna 'cinta monyet' itu. Mengapa muncul istilah monyet dalam cinta? Saya hanya yakin, bahwa itu makna


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News