Kaget, Film Golok Setan Di-Dubbing di Australia Jadi Devil's Sword

Kaget, Film Golok Setan Di-Dubbing di Australia Jadi Devil's Sword
Suyoto B Achamdi menunjukkan sebagian koleksi film jadulnya yang rata-rata diproduksi tahun 80-an. Foto; Agus Wirawan/ JAWA POS
 

Dia menjelaskan, saat ini KPFIJ sedang mematangkan rencana untuk menggelar layar tancap di kampung-kampung. "Sementara akan kami buat sederhana saja," cetusnya. Alasannya, untuk membuat pertunjukan yang besar, tentu butuh banyak izin terkait keramaian yang bisa saja ditimbulkan.

Nanti, layar tancap itu diprioritaskan digelar di kampung anggota KPFIJ. "Kalau layar tancap sekarang kan praktis. Kita tinggal sediakan in-focus, laptop, dan layarnya. Yang susah itu kan izinnya," tegas ayah Salwa Aurel tersebut.

 

Komunitas pencinta film jadul itu, lanjut Toto, tidak hanya disukai orang-orang yang sudah tua. Bahkan, mayoritas anggota KPFIJ justru orang-orang yang berusia kurang dari 35 tahun. Banyak juga anak baru gede (ABG) yang ikut menjadi anggota KPFIJ. Tapi, rata-rata sekadar mengapresiasi. "Mereka suka tapi belum ikut ngumpul bareng," tambahnya.

 

Biasanya, koleksi masing-masing anggota akan terus bertambah. Sebab, dalam setiap pertemuan nonton bareng dengan anggota KPFIJ yang lain, selalu saja ditemukan film-film baru yang belum dimiliki. "Biasanya dari cerita-cerita kami lantas saling tahu apa yang belum kami punya. Kemudian, ya saling barter," ungkapnya. (c5/kum)



Mencintai produk Indonesia bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, yang dilakukan Suyoto B. Achamdi ini. Dia adalah pendiri komunitas yang


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News