Kamala Date

Oleh Dahlan Iskan

Kamala Date
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Harian Washington Post memang membentuk satu tim wartawan khusus untuk mencatat kebohongan Trump. Mereka sudah menduga Trump akan seperti itu. Mereka sudah lama mengamati perilaku Trump.

Tim pencatat kebohongan itu awalnya hanya akan bekerja pendek saja. Untuk mencatat kebohongan Trump di 100 hari pertama masa jabatannya sebagai presiden.

Namun mereka tidak jadi membubarkan diri. Terutama setelah melihat kebohongan Trump begitu masif.

Di 100 hari pertama itu saja tiap hari melakukan 5 kebohongan. Dan kecenderungannya kian lama kian banyak.

Dua nama India itu terus menghiasi langit Amerika sepanjang minggu lalu. Seperti juga di Indonesia, ada tim buzzer yang menguliti mereka berdua. Terutama menguliti Kamala Harris.

Untungnya di Amerika ada situs yang mengkhususkan diri untuk melakukan pengecekan medsos. Produk-produk buzzer itu dinilai. Lalu dilakukan klarifikasi secara independen.

Misalnya soal berita Kamala itu orang kulit hitam pertama yang jadi cawapres. Buzzer menganggap Kamala bohong. Dia bukan kulit hitam. Dia keturunan India.

"Kamala telah memanfaatkan kulit hitam untuk kepentingan politik," tulis medsos yang dipastikan dari buzzer.

Nama Date baru tiba-tiba melejit sebagai wartawan minggu lalu. Itu berkat pertanyaannya yang menohok pada Presiden Trump.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News