Karikatur Khahafi Penuhi Tembok Benghazi
Selasa, 03 Mei 2011 – 21:18 WIB
BENGHAZI - Sikap pemimpin Libya Muammar Khadafi yang ngotot bertahan di kursi kekuasaan, membuat rakyat berontak. Tak hanya mengangkat senjata, generasi muda di negeri Afrika Utara itu juga memanfaatkan media seni sebagai bentuk protes. Yakni, melalui kartun dan karikatur. Meski sepertinya lebih minim risiko, membuat karikatur Khadafi sebenarnya juga membahayakan. Para seniman muda yang mengritik tokoh berjuluk the brotherly leader tersebut bisa kehilangan nyawa mereka. Goresan pena dan kuas bisa membuat mereka menjadi buronan polisi rahasia Khadafi. Jika tertangkap, nyawa mereka akan langsung melayang diterjang timah panas para loyalis Khadafi.
Belakangan ini, karikatur bertema Khadafi tersebar di seluruh pelosok Libya. Tapi, yang terbanyak bisa ditemui dan dilihat di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya yang terletak di kawasan timur dan menjadi markas gerilyawan oposisi dan kelompok prodemokrasi. Para pemuda itu biasanya menggoreskan karya mereka di tembok-tembok pinggir jalan atau reruntuhan bangunan sisa pertempuran pasukan pemerintah dan NATO.
Wujud karikatur Khadafi pun beragam. Misalnya, ada yang melukiskan Khadafi seperti drakula pengisap darah. Ada pula gambar Khadafi yang berbadan ular, serta Khadafi yang mengisikan bahan bakar pada seekor unta bersayap. Semua karikatur itu menjadi puncak kekesalan warga, khususnya kaum muda, kepada pemimpin 68 tahun itu.
Baca Juga:
BENGHAZI - Sikap pemimpin Libya Muammar Khadafi yang ngotot bertahan di kursi kekuasaan, membuat rakyat berontak. Tak hanya mengangkat senjata, generasi
BERITA TERKAIT
- Kemlu RI: World Water Forum di Bali Bakal Melahirkan Deklarasi Bersejarah
- Alhamdulillah, Israel dan AS Pastikan 160 Ribu Bahan Bakar Telah Terkirim ke Gaza
- Soal IUU Fishing, RI Tidak Perlu Berkompromi dengan Vietnam
- Jemaah Islamiyah Kembali Berulah, Dua Polisi Malaysia Tewas di Markas
- Tahan Bantuan untuk Israel, Joe Biden 'Dihajar' DPR Amerika
- Stafsus Kementerian Investasi Pradana Soroti Ketidakadilan Kerja Sama Antarnegara