Kartolo

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kartolo
Cak Kartolo sedang berada di rumahnya. Foto: ANTARA/Hanif Nashrullah

Manusia modern tumbuh menjadi manusia yang individualistis yang sibuk memburu kekayaan sehingga menjadikannya mahluk asosial. Ilmu ngglethek Kartolo mengajarkan bahwa pada akhirnya semua yang dilakukan itu hanya akan berakhir ‘’ngglethek’’. Ajaran terbaik dari Kartolo adalah menyikapi hidup dengan kesederhanaan tanpa kepongahan dan nafsu.

Episode terbaru ‘’Kartolo Dodolan Omah’’ (Kartolo Jual Rumah) bisa menjadi cerita yang sangat lucu. Namun, episode ini tentu sangat ironis.

Setelah 60 tahun berkutat dengan kesenian yang dicintainya, Kartolo akhirnya harus menjual rumah satu-satunya. Di usinya yang sudah senja Kartolo masih harus menghadapi perjuangan hidup yang keras, karena masih harus memikirkan masa depan cucu-cucunya.

Kartolo adalah legenda hidup yang menjadi warisan sejarah budaya penting bagi masyarakat Surabaya. Pemerintah Surabaya harus menyelamatkan legasi ini dengan membeli rumah Kartolo dan menjadikannya sebagai ‘’Museum Ludruk Surabaya’’.

Ide itu mungkin tidak terpikirkan oleh Kartolo. Dia melihat segala sesuatu yang rumit dengan kacamata yang sederhana, kacamata ‘’Ngglethek Prabu Minohek’’ (*)

Komedian ludruk paling terkenal di Jawa Timur itu ikut anrean BLT di kantor pos, juga mau menjual rumah.


Redaktur : Adek
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News