Karzai Kangkangi Lembaga Pemilu
Rabu, 24 Februari 2010 – 00:07 WIB
KABUL - Presiden Afghanistan Hamid Karzai melebarkan kepak sayap kekuasaannya. Pemimpin berusia 52 tahun itu menerbitkan dekrit yang memberinya kendali penuh atas Komisi Komplain Pemilu (ECC). Dekrit yang dikeluarkan Selasa (23/2) itu merupakan keputusan sepihak yang menuai protes keras dari negara-negara Barat. Taktik Karzai itu direaksi keras diplomat-diplomat Barat. Menurut mereka, langkah kontroversial tersebut tidak hanya mengancam stabilitas pemerintahan, tapi juga stabilitas negara. "Ini benar-benar perkembangan yang sangat mengejutkan," ujar seorang diplomat yang merahasiakan namanya, seperti dilansir The Guardian.
Dengan menguasai ECC, Karzai punya wewenang untuk menunjuk sendiri lima anggota lembaga advokasi pemilu tersebut. "Tujuan reformasi struktur ECC adalah meng-Afghanistan-kannya," kata sekutu Amerika Serikat (AS) itu dalam pidatonya di depan parlemen seperti dilansir BBC. Itu merupakan pidato pertama Karzai setelah reses parlemen. Keputusan untuk merombak ECC itu pun dia ambil saat parlemen reses.
Baca Juga:
Selama ini, tiga dari lima anggota ECC adalah pakar asing yang ditunjuk PBB. Nantinya, Karzai akan menunjuk lima pakar domestik sebagai anggota. Bisa dipastikan, dia akan menunjuk lima orang dekatnya untuk duduk di kursi ECC. Dengan demikian, dia bisa lebih "berperan" dalam pemilu parlemen Afghanistan yang dijadwalkan berlangsung 18 September nanti.
Baca Juga:
KABUL - Presiden Afghanistan Hamid Karzai melebarkan kepak sayap kekuasaannya. Pemimpin berusia 52 tahun itu menerbitkan dekrit yang memberinya kendali
BERITA TERKAIT
- Jemaah Islamiyah Kembali Berulah, Dua Polisi Malaysia Tewas di Markas
- Tahan Bantuan untuk Israel, Joe Biden 'Dihajar' DPR Amerika
- Stafsus Kementerian Investasi Pradana Soroti Ketidakadilan Kerja Sama Antarnegara
- Indonesia Mengutuk Keras Aksi Biadab Warga Sipil Israel di Perbatasan Gaza
- KBRI Seoul Ungkap Tantangan untuk Mewujudkan Bebas Visa ke Korsel
- Serangan Presisi Drone Israel Berhasil Habisi Elite Hizbullah