Kasus DBD Turun Drastis selama Pandemi Covid-19, Ilmuwan pun Kaget

Kasus DBD Turun Drastis selama Pandemi Covid-19, Ilmuwan pun Kaget
Pasien DBD dirawat di salah satu ruangan di RSUD TC Hillers, Rabu (11/3). Foto: ANTARA/Kornelis Kaha

jpnn.com, NAIROBI - Pembatasan COVID-19 terhadap mobilitas dan interaksi masyarakat kemungkinan berkaitan dengan penurunan tajam kasus DBD pada 2020, memberikan pandangan baru tentang bagaimana penyakit tersebut dapat dikendalikan, demikian menurut sebuah riset, Kamis.

Riset dalam jurnal Lancet Infectious Diseases menemukan hampir 750.000 lebih sedikit kasus DBD dari yang diprediksikan secara global untuk 2020, ketika virus corona mulai mewabah.

Hasil riset itu mengejutkan, kata penulis senior Oliver Brady, sebab memperlihatkan penurunan signifikan kasus DBD ketika orang-orang tidak bisa secara bebas pergi ke luar rumah untuk mengunjungi tempat lain seperti sekolah.

DBD tidak bisa ditularkan antarmanusia, namun hanya melalui gigitan nyamuk Aedes pada siang hari.

Akan tetapi, para ilmuwan sebelumnya berpikir bahwa sebagian besar penularan terjadi di rumah dan sekitarnya, dibanding di tempat-tempat lain.

"Ini adalah sebuah trend aneh yang tidak kami sangka-sangka - sebuah hasil yang mengejutkan, yang membuka jalan untuk berpikir tentang melakukan uji coba intervensi yang lebih rinci," kata profesor Brady dari London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Pendekatan baru untuk mengendalikan penyakit DBD, termasuk penyemprotan insektisida di ruang kelas dan pelacakan kontak untuk mengetahui tempat yang baru saja dikunjungi oleh orang-orang yang terinfeksi, kini dapat diuji, kata Brady.

Dengue adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan demam dan gejala seperti flu, meski pada kasus parah kemungkinan mengalami pendarahan internal dan mengancam nyawa.

WHO memperkirakan 100-400 juta infeksi DBD terjadi setiap tahunnya, dengan lebih dari 80 persen bergejala ringan atau tanpa gejala.

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News