Kayla dan Sulton, Kakak-Adik Penderita Talasemia Mayor

Limpa Membengkak, Seumur Hidup Transfusi Darah

Kayla dan Sulton, Kakak-Adik Penderita Talasemia Mayor
SENYUM SEMANGAT : Kayla In’ami Nashiro (kanan) dan Ahmad Sulton Almusyafa. Foto: Septinda Ayu Pramitasari/Jawa Pos

Setelah itu, giliran Sulton yang sakit. Bocah yang kini berumur 5 tahun tersebut demam tinggi, kulitnya muncul bisul, dan perutnya membesar. Dia mengira anaknya terkena alergi susu. ’’Akhirnya saya membawanya ke RS Haji,’’ ungkap perempuan 31 tahun itu.

Di situlah, dokter mengatakan, ada kelainan darah pada tubuh Sulton. Dokter pun meminta agar Sulton diopname. Saat itu hemoglobin (Hb) Sulton hanya 5. Setelah kurang lebih seminggu rawat inap dan tiga kali transfusi darah, kondisi Sulton pun membaik. Limpa yang tadinya membesar sudah mengecil dan Hb kembali normal menjadi 13. ’’Saat itu belum ada observasi atau kecurigaan bahwa ada salah satu keluarga kami yang punya kelainan darah,’’ kisahnya.

Wahyu mengatakan, setelah tes laboratorium, baru diketahui bahwa Sulton menyandang talasemia. Selang beberapa hari, Kayla juga dites laboratorium. Hasilnya sama. ’’Dokter saat itu hanya bilang, anak saya bisa terus sehat kalau rutin transfusi darah,’’ ujarnya.

Karena itu, sejak didiagnosis talasemia, Kayla dan Sulton harus menjalani transfusi darah setiap bulan. Itu dilakukan seumur hidup. Padahal, biaya perawatan talasemia tidak sedikit. Setidaknya sekali transfusi membutuhkan empat kantong darah dengan biaya lebih dari Rp 500 ribu. Apalagi, Wahyu harus menghidupi keluarganya seorang diri lantaran telah bercerai dengan suaminya. Sang suami pergi sejak dua anaknya divonis talasemia.

’’Saya anggap ini cobaan. Suami saya tidak terima kalau anak kami menderita talasemia,’’ ceritanya.

Saat ini Kayla dan Sulton masuk program Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mandiri. Biaya transfusi dan obat ditanggung pemerintah. ’’Kemarin sudah masuk BPJS. Alhamdulillah,’’ tambahnya.

Sudah hampir tiga tahun ini, dua anaknya menjalani transfusi darah di RSUD dr Soetomo. Wahyu selalu cekatan mengatur jadwal transfusi darah buah hatinya. Sebab, jika telat transfusi, dua anaknya lemas dan jantungnya merasa berdetak cepat karena sakit. Apalagi, darah yang dibutuhkan untuk transfusi anaknya adalah darah washed erythrocyte (WE) atau sel plasma yang paling bagus dalam tubuh dengan golongan darah O+.

’’Biasanya saya harus pesan dulu kalau sudah mendekati jadwal transfusi. Karena kalau mendadak, bisa jadi tidak ada darah yang cocok untuk anak saya,’’ jelasnya.

“BU, nanti kalau sudah besar saya penginjadi dokter,’’ ungkap Kayla In’ami Nashiro kepada ibunya, Wahyu Asih Setyowati. Kalimat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News