Kejutan Ekonomi Dari Fremantle-Bali Yacht Race 2017

Kejutan Ekonomi Dari Fremantle-Bali Yacht Race 2017
Yacht. Foto: JPG

Hal ini ikut diamini Bernie Kaaks, Principal Race Officer.

“Saya lihat pelayanan sudah jauh lebih bagus. Tinggal klik http://yachters-indonesia.id dan mengisi form yang tersedia, yachter sudah bisa masuk ke Indonesia. Sudah jauh lebih simpel,” katanya.

Tapi, itu saja rupanya belum cukup. Setelah sandar, yachter butuh layanan satu atap.

Custom, imigrasi, karantina dan syahbandar, harus ada di satu marina untuk mempermudah mobilisasi yachter saat ingin berwisata di darat.

“Sekarang itu belum ada. Kantor pelayanan masih terpisah-pisah. Tidak dalam satu lokasi. Kami jadi harus mengeluarkan ekstra cost untuk mengurus perizinan setelah sandar di marina,” ungkapnya.

Robbie Hearse, pemilik kapal layar kondili juga senada.

Layanan untuk yachter menurutnya harus stand by 7 x 24 jam lantaran dalam race, tiap peserta tidak finish dalam rentang periode waktu yang sama.

“Ada yang finish pagi, siang, sore, malam, malah ada yang beda hari. Jadi harus full 7 x 24 jam. Hari ini, Minggu 21 Mei 2017, saya tidak bisa keluar Indonesia karena tidak ada layanan karantina,” ungkapnya.

Sementara Garth Curran, pemilik Walk on The Wildside, berharap ada revisi zona exit point.

Ajang Fremantle-Bali Yacht Race 2017 membawa dampak ekonomi yang luar biasa bagi Bali.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News