Kemenhub: Ini Bisa Mengarah ke Predator

Kemenhub: Ini Bisa Mengarah ke Predator
Salah satu penyedia layanan ojek berbasis aplikasi atau ojek online di Jakarta. Foto: Ayatollah Antoni/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Pelaksana tugas Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan JA Barata meminta perusahaan transportasi online memberikan data jumlah armada. Hal ini untuk mencegah persaingan yang tidak sehat dalam bisnis transportasi.

Memang, kata Barata, di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), sudah ada armada yang dilaporkan ke Kemenhub, namun jumlahnya tidak mewakili.

Karenanya pemerintah tidak tahu jumlah armada transportasi online. "Pendataan ini untuk penyesuain keseimbangan penawaran dan permintaan, kalau supply lebih dari demand maka di lapangan terjadi persaingan tidak sehat," ungkap Barata di diskusi Kisruh Transportasi Online di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (25/3).

Dia menegaskan, jika terus dibiarkan maka nantinya bisa terjadi persaingan tidak sehat. Contohnya, kata dia, jika penawaran banyak tapi permintaan sedikit satu sama lain akan saling banting harga.

"Kalau saling banting harga ini satu waktu mungkin bisa mengarah predator," ujar Barata.

Ketua DPP Organda Korwil II Wilayah DKI Jakarta, Jabar dan Banten, Safruhan Sinungan menilai saat ini transportasi konvensional bersaing dengan yang tidak kelihatan.

Safruhan menyatakan pesaing tidak kelihatan ini adalah individu-individu yang berintegrasi dengan aplikasi atau transportasi online.

Dia menegaskan, jika tak ada aturan soal transportasi online maka potensi konflik bakal terjadi. "Potensi sangat rawan kita rasakan di bawah," ungkapnya dalam diskusi itu.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan JA Barata meminta perusahaan transportasi online memberikan data jumlah armada.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News