Kementan Gandeng FAO Cegah Zoonosis

Kementan Gandeng FAO Cegah Zoonosis
Pembukaan Simulasi Study Kasus Investigasi dan Pelaporan Terintegrasi 3 (tiga) sektor dengan Pendekatan “One Health” di Kabupaten Minahasa. Foto: Ist

“Pada 2003 tercatat muncul penyakit Avian Influenza H5N1 atau disebut flu burung," tambahnya.

Syibli mengatakan, untuk meminimalkan dampak ancaman pandemi terhadap kesehatan manusia, stabilitas ekonomi dan sosial, Kementerian Pertanian kerjasama dengan FAO Indonesia dalam proyek OSRO/INS/501/USA atau Emerging Pandemic Threats, dengan periode proyek 2015-2019.

“Kegiatan kerjasama ini fokus dalam meningkatkan kapasitas Pemerintah Indonesia untuk mendeteksi dan merespon ancaman penyakit menular baru dan juga penyakit-penyakit lain yang yang sudah ada dan berpotensi terjadi lagi atau menyebar (re-emerging infectious disease) dalam konteks One Health," tutur Syibli.

LSyibli mengatakan pendekatan One Health mencakup kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan yang artinya telah ada kesepakatan antara Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan untuk membangun kapasitas petugas lapang yang berkelanjutan di Indonesia.


Menurut Syibli, dengan kolaborasi lintas sektor dalam pertempuran melawan dan mengendalikan penyakit infeksius emerging dan re-emerging, Ditjen PKH bekerjasama dengan FAO Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (ECTAD) Indonesia telah mengawali upaya membuka jalan menuju pembangunan kapasitas One Health di berapa sektor berbeda yang bekerja dalam interface antara hewan, manusia dan lingkungan hidup.

Syibli mengungkapkan, pendekatan One Health telah diimplementasikan di 4 (empat) daerah percontohan yaitu Bengkalis (Riau), Ketapang (Kalimantan Barat), Boyolali (Jawa Tengah), dan Minahasa (Sulawesi Utara) yang merepresentasikan ancaman penyakit dan situasi masyarakat Indonesia.

“Kementerian Pertanian melalui program EPT-2 telah melakukan peningkatan kompetensi petugas teknis sebanyak 50 Master Trainers dan sebanyak 271 petugas lapang yang berasal dari 3 (tiga) kementerian/sektor yaitu Kesehatan Masyarakat (Kementerian Kesehatan), Kesehatan Hewan (Kementerian Pertanian), dan Kesehatan Satwa Liar (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)," kata Sybli.

“Kompetensi-kompetensi yang dimiliki petugas tersebut sangat penting untuk mengantisipasi ancaman terjadi, dan menyebarnya penyakit, serta mengurangi kemungkinan terjadinya pandemi," ujar Syibli.(adv/jpnn)

 


Kerja sama dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian zoonosis dan Penyakit Infeksius Emerging (PIE).


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News