Kementan Mengajak Petani & Penyuluh Kenali Pupuk Asli dan Palsu
jpnn.com - JAKARTA - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menuturkan bahwa kurangnya pasokan pupuk bersubsidi berdampak pada menurunya jumlah produksi hingga empat juta ton pada 2023.
Para petani yang bertempat tinggal di wilayah pegunungan dan hutan pun tak punya peluang mendapatkan pupuk bersubsidi.
“Untuk tahun ini ada penambahan anggaran pupuk subsidi sebesar Rp 14 triliun. Ini dilakukan agar pemerintah dapat bergerak cepat untuk menambah pasokan pupuk petani guna mengantisipasi fenomena El Nino,” kata Mentan Amran.
Menurut Amran, pemerintahan Presiden Jokowi telah berkomitmen untuk memperkuat kemampuan produksi petani, apalagi saat ini tengah terjadi krisis pangan di banyak negara dunia.
Amran meminta semua bekerja sama untuk bisa meningkatkan produksi. "Semua sedang dihadapkan pada krisis pangan dunia. Jadi, kita harus bisa meningkatkan kemandirian," ujarnya.
Senada dengan Mentan Amran, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa alokasi pupuk subsidi pad 2024 ditambah Rp 14 triliun atau setara dengan 2,5 juta ton urea ditambah NPK.
“Pak Mentan sudah merevisi bahwa menebus pupuk boleh memakai Kartu Tani ataupun KTP, sehingga lebih mudah dan petani dapat langsung menebus pupuk bersubsidi,” ujar Dedi.
Dia mengimbau kepada para penyuluh untuk dapat mengawal petani supaya bijak dalam penggunakan pupuk berimbang, menggunakan bibit dan benih yang berkualitas, serta memperhatikan nutrisi tanaman atau pakan ternak untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Untuk membedakan pupuk asli atau palsu bisa dilihat dari ciri kemasannya. Cek di sini.
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Sumsel-Pusri Atasi Inflasi, Stunting, dan Kemiskinan Ektrem
- Kementan Tingkatkan Alokasi Bantuan Subsidi Pupuk Bagi Petani, Bamsoet Beri Apresiasi
- Kuota Pupuk Naik, Pemprov Kalsel Mengapresiasi Kementan
- Laba Saraswanti Anugerah Makmur Tembus Rp 420 Miliar
- Pupuk Subsidi Naik 100 Persen, Petani di Papua Selatan Ingin Tingkatkan Produktivitas