Kenapa Premier League Tak Bisa Seperti Bundesliga?

Kenapa Premier League Tak Bisa Seperti Bundesliga?
Premier League. Foto: 90min

Kelompok kedua yang ingin melanjutkan kompetisi namun dengan tidak membahayakan kesehatan pemain, ofisial, tim, dan keluarga mereka.

Kelompok ketiga adalah yang menginginkan ada dahulu jaminan kesehatan. Masalahnya, virus menjadi sangat menentukan dalam jadi tidaknya liga dilanjutkan kembali.

Kelompok keempat adalah yang sama sekali tidak menginginkan kompetisi dilanjutkan. Kelompok ini bahkan menolak skenario satu venue netral untuk menuntaskan kompetisi.

Situasi memang masih pelik bagi Liga Premier karena krisis virus corona di Inggris bukannya membaik. Kini, kasus terkonfirmasi sudah 18.000 per hari atau jauh dari target pemerintahan 4.000 per hari.

Kalangan kesehatan, dan kemudian diamini Boris Johnson yang nyawanya sendiri pernah nyaris direnggut virus corona, menyatakan terlalu dini melonggarkan lockdown, apalagi ada skenario gelombang kedua serangan virus.

Bahkan para peneliti London School of Hygiene & Tropical Medicine dan Imperial College London mengingatkan relaksasi lockdown bakal membuat ada sekitar 100 ribu orang meninggal dunia akibat virus tersebut di Inggris sampai akhir tahun ini.

Olahragawan sendiri, termasuk pesepakbola, rentan terserang karena, paling tidak menurut mantan dokter tim Chelsea Eva Carneiro, atlet profesional mudah terserang virus, termasuk COVID-19.

"Ini terlihat dari tes darah dan tingkat serta insiden saluran pernafasan atas dan infeksi lainnya yang menunjukkan bagaimana virus seperti ini mulai. Ini karena volume olahraga yang mereka mainkan," kata Carneiro seperti dikutip Daily Mail.

Boris Johnson belum memberi lampu hijau buat Premier League, tak seperti Angela Merkel yang merestui kelanjutan Bundesliga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News