Keren! Mewujudkan Mimpi Anak-anak di Lereng Merapi
Dalam satu kelas, rata-rata tak kurang dari 20 anak yang ikut serta. Materi yang diberikan juga disesuaikan dengan usia siswa.
Bagi siswa yang sudah berusia SMP, misalnya, WAU sudah berani memberi mereka materi percakapan sederhana.
”Yang PAUD seperti mewarnai, tapi kami kenalkan warna dalam bahasa Inggris,” ucapnya.
Tapi, kendala bukannya lantas tidak ada. Sebab, bukan anak-anak namanya kalau tidak bandel.
Diakuinya, beberapa ”kenakalan” anak-anak yang cukup over juga menjadi tantangan tersendiri.
”Ada yang penginnya main aja. Disuruh bawa buku, pulpen, wegah (tidak mau),” ceritanya.
Tapi, hal itu tidak membuat WAU patah arang. Sudah mau ikut dan meninggalkan aktivitas yang tidak terkontrol di luar sana saja, menurut Nuno, sudah bagus.
Nuno dan kawan-kawan lainnya menyadari bahwa apa yang mereka berikan belum tentu membuat anak-anak gunung mahir berbahasa Inggris. Sebab, sejak awal dia memang tidak memiliki target sejauh itu.
KURSUS Bahasa Inggris merupakan sesuatu yang mewah bagi anak-anak di lereng Gunung Merapi Namun, kehadiran Komunitas WAU membuat bahasa yang menjadi
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor