Kiai Profesor

Oleh: Dahlan Iskan

Kiai Profesor
Foto diambil dari Diway

Saya ikut memberikan pidato testimoni di forum penganugerahan itu. Saya ingat saat ingin salat subuh di Pacet. Saya berangkat dari Surabaya jam tiga pagi. Namun, saat tiba di Amanatul Ummah sudah agak telat: mendapat tempat salat di emperan masjid.

Habis salat Subuh tidak ada yang keluar masjid. Diteruskan dengan kajian kitab kuning. Semua santri membuka kitabnya. Saya ikut kitab santri di sebelah saya.

”Siapa yang mengajar itu,” tanya saya kepada santri di sebelah saya.

”Beliaunya Kiai Asep,” jawab si santri.

Oh... Inilah kunci sukses Kiai Asep, kata saya dalam hati. Beliau total sekali dalam mengurus lembaga pendidikannya. Termasuk masih mengajar sendiri untuk kajian tertentu.

Ternyata, tiap hari, Kiai Asep berangkat dari pondoknya di Siwalankerto Surabaya ke Pacet.

Tiap pukul 02.30 pagi.

Tiap hari. (*)

Selama bersahabat, Gatot dan Asep hanya sekali bertengkar. Seru, lama, tak pernah terselesaikan. Itu gara-gara soal bunyi kokok ayam.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News