Kisah Donjuan, Resepsi Nikah Mewah malah Cerai

Kisah Donjuan, Resepsi Nikah Mewah malah Cerai
Ilustrasi. Foto: Radar Surabaya

jpnn.com - SURABAYA—Tidak mudah memang menolak keinginan orang tua yang ingin anaknya segera menikah. Seperti yang dialami Donjuan 33.  Hanya bermodal nekat, ia akhirnya menikahi pacarnya, Karin, 32. Bahkan, kedua orang tua dan mertuanya minta pesta pernikahan digelar secara mewah.

Seminggu sebelum akad nikah digelar, Donjuan yang bekerja sebagai sales sepeda motor hanya memegang uang Rp 300 ribu. Uang itu diberikan kepada orang tuanya untuk tambahan akad nikah.

“Pernikahan memang mendadak. Ibu kandungku dan mertua memaksaku untuk segera kawin. Soalnya teman-temanku yang seumuran sudah kawin dan punya anak,” jelas Donjuan di sela-sela proses mediasi gugatan cerainya di Pengadilan Agama, Klas 1A Surabaya, kemarin (1/4).

Alasan lainnya, Donjuan sudah berumur dan pacaran dengan Karin sudah lebih dari lima tahun. Kendati demikian,  sebenarnya baik Karin maupun Donjuan tak pernah ada niatan untuk menikah terlebih dahulu. Keduanya tidak memiliki biaya dan masih memiliki tanggungan menyekolahkan adik-adik mereka. Tiap tanggal muda, gajinya sudah diberikan kepada kedua orang tuanya mereka masing-masing. Karin maupun Donjuan hanya mengambil sedikit gajinya untuk biaya transportasi bekerja. Makanya, meski sudah bertahun-tahun bekerja, Donjuan mengaku tak pernah bisa menabung

“Inginnya tidak nikah dulu, tapi dipaksa terus,” keluhnya.

Hingga akhirnya, Donjuan maupun Karin tak bisa lagi menolak permintaan orang tua mereka. Tanpa sepengetahuan Donjuan dan Karin, kedua orang tua mereka menggelar pertemuan keluarga dan sekaligus acara pertunangan. “Shock sebenarnya,” imbuhnya.

Namun, Donjuan dan Karin tak bisa menolak lagi. Apalagi, orang tua mereka sudah ingin ngemong cucu. “Bilangnya orang tua akad saja, tidak pakai pesta mewah. Tapi, ternyata usai akad berlangsung aku dan Karin dilungguhno (didudukkan). Mereka minta aku menggelar pesta karena banyak tetangga yang menanyakan,” jelas dia.

Donjuan bersikukuh menolaknya. Awalnya, Karin juga tak mau ada gelar pesta. Tapi, sayangnya lambat laun Karin terpengaruh oleh “kompor” kedua orang tuanya. “Katanya Karin dan ibu mertua, mereka sering bowo masak ndak balik (kembali). Makanya mereka semuanya minta pesta yang meriah,” jelasnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News